Pertama sekali, mari sama-sama kita sampaikan duka cita yang mendalam terhadap tragedi-tragedi yang menelan korban jiwa dalam jumlah yang sangat besar hanya dalam waktu tak berselang lama.
Tragedi yang menyebabkan hilangnya nyawa tersebut memang terjadi pasca dikeluarkannya aturan tentang pelonggaran penerapan protokol kesehatan.
Hingga akhirnya dimaknai oleh banyak orang sebagai momen untuk melepaskan diri dari rasa terkekang yang selama ini dirasakan dalam suasana pandemi.
Kini kita mengetahui bahwa berbagai pihak beramai-ramai menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang mengundang kerumunan seperti pertandingan olahraga, acara wisuda kampus, konser musik, festival, seminar, dan berbagai acara lainnya.
Semua orang tumpah ruah keluar rumah untuk berkumpul di pusat-pusat keramaian. semua orang terasa tak mau ketinggalan momen dan semua mau ambil bagian dari euforia itu.
Hanya saja kasus yang telah terjadi ini diakibatkan oleh over capacity, jumlah pengunjung melebihi kapasitas tempat atau lokasi yang disediakan.
Maka telah terjadi tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang pada suasana laga sepak bola yang merenggut ratusan korban jiwa akibat suasana kepanikan oleh adanya tembakan gas air mata sehingga pengunjung berhamburan mencari pintu keluar untuk menyelamatkan diri.
Belum tuntas sejarah tragedi duka kita yang masih menyeruak di Stadion Kanjuruhan. Kini kita mendengar kabar tragedi Itaewon, Korea Selatan tentang ratusan korban meninggal karena berhimpitan saat menyelenggarakan pesta Halloween.
Lalu pada akhir pekan yang sama, sebuah konser musik di Istora Senayan Jakarta juga akhirnya dibatalkan lantaran pengunjung melebihi kapasitas.