Anti klimaks, menerawang fenomena Bjorka dari dua sisi kamuflase yang berbeda.Â
Di tengah hiruk pikuk berbagai fenomena permasalahan negeri ini, selalu ada hal unik namun sebenarnya bukanlah sebuah hal yang menarik, menjadi sebuah hal yang perlu untuk ditelisik.
Fenomena kehadiran Bjorka yang misterius yang beraksi di jagat maya dan mengklaim telah membocorkan data penting negara dan menjual data privasi rakyat Indonesia, menjadi suatu hal yang awalnya dibenci tapi pada akhirnya publik menyepelekan.
Karena menganggap pemerintah lah yang telah gagal mengamankan data kependudukan yang sangat penting itu, bahkan banyak pula masyarakat yang menduga ini hanya sebuah permainan dengan "cara lama" demi menutup-nutupi kasus yang sedang viral yang telah ramai dibicarakan publik.
Belum lama ini kita baru merayakan 77 tahun negara ini "dianggap" merdeka. Secara teks negara ini memang sudah merdeka, terima kasih kepada para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan oleh kolonial.
Tapi secara fenomena sosial kemanusiaan, manusia Indonesia belum lah merdeka seutuhnya. Bangsa Indonesia masih terbelenggu oleh berbagai permasalahan yang dihadirkan oleh bangsa sendiri dan menjadikan masyarakat yang tidak tahu apa-apa menjadi "tumbal".
Tetap akan ada sesuatu yang akan dijadikan korban, tumbal, dari sebuah pelampiasan dan kesepakatan yang telah dibuat oleh mereka yang berkepentingan dan mendahulukan hasrat pribadi diatas segalanya dengan penuh keserakahan.
Terlalu banyak dagelan di negeri ini. Â Sosok Bjorka, katanya adalah seorang pemuda daerah yang kata orang tuanya ia sama sekali tidak punya komputer ataupun laptop. Setelah aparat menangkapnya dan menginterogasi, akhirnya dibebaskan kembali. Sungguh lawak, aneh bin ajaib.
Masyarakat "dipaksa" mengalihkan perhatiannya ke sosok Bjorka yang dianggap sangat fenomenal.
Agar berbagai kasus dan kebijakan-kebijakan yang "menumbalkan rakyat" menjadi terlupakan demi meredam berbagai aksi penolakan yang dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat.
Ketika suara teriakan memekik keras yang keluar dari mulut-mulut yang kontradiktif gagal diredam, salah satu jalan yang selalu ditempuh mereka adalah dengan mencuatkan sebuah isu dan atau fenomena sosial ke permukaan.