Ketika Kompasiana mengulas topik tentang estimasi biaya kuliah yang semakin mahal di masa mendatang, seketika terlintas dalam benak penulis tentang pengalaman orang tua kami dalam menguliahkan anaknya.
Ya, sesuai judul di atas kami hidup bersama orang tua single parent yaitu ibunda yang berjuang membesarkan, menyekolahkan serta mencukupi segala kebutuhan dari 5 orang anaknya.
Kami paham betul betapa besarnya pengorbanan, perjuangan dan keikhlasan yang dimiliki oleh ibunda dalam menerima keadaan yang sangat sulit itu yang belum tentu orang lain mampu memikulnya seorang diri.
Ayahanda kami memang benar-benar tidak bisa membantu dari segi finansial karena alasan kesehatan. Ditambah kakek dan nenek kami juga tidak peduli dengan nasib ibunda kami yang nestapa dan menderita.
Tapi syukurlah ibunda kami seorang PNS yang memikul tugas yang sangat mulia yakni sebagai tenaga pendidik. Itulah salah satu yang mempelopori penulis untuk mengikuti jejak ibunda.
Meskipun berstatus PNS, dengan seorang diri mengurusi 5 orang anak, gaji yang diterima setiap bulannya dengan nominal yang tidak terlalu besar tentu tetap saja mengalami defisit.
Maka untuk menyiasati keadaan itu agar tetap ada tambahan dana finansial untuk bertahan hidup orang tua kami melakukan berbagai cara.
Mulai dari ikut orang memanen padi, beternak itik, berjualan kue-kue, hingga ketika situasi benar-benar sedang tidak bisa diajak kompromi maka ibunda akan melakukan rumus “gali lubang, tutup lubang”.
Para pembaca budiman pasti sudah tahu tentang pola pembiayaan tersebut. Baik dilakukan dengan cara meminjam ke perorangan maupun ke pihak eksternal misalnya kepada bank atau koperasi.
Begitu besar perjuangan ibunda demi dapat melihat anak-anak tumbuh berkecukupan (tidak lebih dari cukup) dan demi dapat melihat anak-anaknya menjadi “orang” dan tidak menjadi “beban” dalam kehidupan bermasyarakat di kemudian hari.