Pemerintah dalam hal ini Kemdikbud telah merencanakan penerapan implementasi Kurikulum Merdeka akan dimulai sejak tahun pelajaran baru 2022/2023 ini.
Kurikulum Merdeka yang sudah digodok sedemikian rupa ini dicita-citakan dapat menjadi kurikulum operasional yang secara utuh diterapkan di setiap satuan pendidikan.
Segala sesuatu yang dihadirkan dalam Kurikulum Merdeka ini cukup menarik. Walaupun sejatinya Kurikulum Merdeka ini mengacu pada dasar yang sudah pernah diterapkan yakni Kurikulum KTSP pada edisi menteri pada beberapa periode sebelumnya.
Di masa pandemi yang lalu, dunia pendidikan mengalami transformasi besar-besaran yang cukup mendasar dari segi gaya belajar dan moda yang mendukung ketercapaian kompetensi siswa yang diharapkan sekolah.
Guru sebagai aktor utama pada masa pandemi dituntut untuk dapat bertransformasi sedemikian rupa walaupun dengan penuh keterbatasan yang ada.
Selama dua tahun lebih pembelajaran berdamping dengan masa pandemi. Pembelajaran daring menjadi sebuah pengalaman yang cukup berkesan bagi semua insan pendidikan dimanapun berada.
Terutama bagi guru dalam mencapai kompetensi dan kapasitas diri yang diharapkan. Pada masa pandemi, guru meningkatkan kompetensinya melalui cara daring atau online.
Peningkatan kompetensi dilakukan melalui pelatihan daring, bimtek online, webinar, workshop melalui e-learning atau LMS (learning management system) dan sebagainya.
Dengan cara seperti itu guru bertransformasi menjadi guru yang mampu memposisikan diri dalam tuntutan era society 5.0.
Ulah pandemi ternyata cukup membuahkan hasil. Para guru menjadi lebih mengenal TIK dengan peningkatan kemampuan yang lebih baik dari sebelumnya.
Namun, fenomena learning loss yang diduga telah terjadi di masa pandemi sampai pula ke telinga mas menteri dan Kemdikbud.
Dari permasalahan yang ada selama masa pandemi, Kurikulum Merdeka dihadirkan dengan harapan dapat menjembatani pemecahan permasalahan yang ada.
Kurikulum Merdeka dikenalkan dengan cukup terburu-buru demi menggesa pengimplementasiannya pada tahun ajaran yang baru dan sedang dihadapi saat ini.
Bahkan selama masa liburan sekolah setelah pembagian rapor kemarin, guru dan sekolah "didesak" untuk bisa memahami seluk-beluk tentang Kurikulum Merdeka yang dihadirkan melalui berbagai platform baik berbasis situs web maupun melalui aplikasi di ponsel pintar.
Untuk aplikasi yang dihadirkan pada smartphone atau ponsel pintar berbasis android dikenal dengan Platform Merdeka Mengajar (PMM).
Dalam aplikasi PMM ini dihadirkan berbagai hal yang dianggap perlu dan menjadi kebutuhan para guru dalam memahami dan menguasai konsep tentang Kurikulum Merdeka.
Hal yang cukup populer bagi guru terkait keberadaan aplikasi PMM ini adalah pelatihan-pelatihan yang dihadirkan.
Pada tampilan awal atau berada ada wadah untuk pengembangan guru berupa video inspirasi, pelatihan mandiri, bukti karya sebagai bukti kompetensi untuk menginspirasi sesama guru, serta wadah komunitas untuk sama-sama berkembang bersama pendidik lain.
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, untuk memulai menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik murid ada menu atau fitur asesmen murid dan menu untuk perangkat ajar.
Nah, yang paling dituntut kepada guru saat ini adalah belajar memahami Kurikulum Merdeka lewat menu Pelatihan Mandiri yang kemudian guru membuat aksi nyata dari materi pelatihan yang telah dipelajari.
Pada aplikasi Platform Merdeka Mengajar terdapat 8 topik pada menu Pelatihan Mandiri yang harus dipelajari oleh guru, yakni:
- Merdeka Belajar
- Kurikulum Merdeka
- Profil Pelajar Pancasila
- Perencanaan Pembelajaran SD/Paket A
- Asesmen SD/Paket A
- Penyesuaian Pembelajaran dengan Kebutuhan dan Karakteristik Murid SD/Paket A
- Projek Penguatan Profil Pancasila SD/Paket A
- Disiplin Positif.
Pada setiap topik terdapat banyak modul yang berisi ragam materi yang kemudian guru mengerjakan post test dan refleksi.Â
Kemudian setelahnya guru melakukan aksi nyata yang laporan pelaksanaannya dirangkum dalam bentuk file PDF dan di unggah di menu Aksi Nyata tersebut.
Pengerjaan modul serta aksi nyata ini telah ditentukan tenggat waktu atau deadline.
Gunanya untuk penerbitan sertifikat jika aksi nyata yang dikumpulkan guru dinyatakan lulus evaluasi oleh tim Pelatihan Mandiri.
Beberapa waktu yang lalu khususnya di masa liburan sekolah, guru terus dituntut untuk menyelesaikan modul pelatihan mandiri dan harus mengerjakan aksi nyata.
Data guru yang sudah atau belum mengerjakan pelatihan mandiri ini pun telah disebar oleh Kepala Sekolah melalui pesan di WhatsApp Group (WAG).
Sehingga guru mau tak mau harus menyelesaikan pelatihan mandiri dan aksi nyata tersebut.
Pada kesempatan ini sejatinya guru tidak akan ada kesan mau tak mau atau keterpaksaan dalam mengerjakan pelatihan mandiri serta aksi nyata ini.Â
Guru adalah sosok pembelajaran sepanjang hayat. walaupun guru sudah mengajar, tapi mereka tetap mau untuk terus belajar.
Hanya saja momennya yang tidak tepat. Segala sesuatu hendaknya memiliki jadwal yang pas dan ditentukan secara matang.
Sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan apa yang diharapkan dan dampaknya lebih terasa dan dirasakan oleh semua pihak yang berkepentingan terutama bagi sesama guru.
Apakah pembekalan cukup hanya dengan Platform Merdeka Mengajar?
Pengerjaan modul pelatihan mandiri yang terdapat pada aplikasi PMM serta pengejaan aksi nyata telah diusahakan oleh guru sejak masa menjelang liburan hingga masa liburan sekolah berakhir.
Bahkan hingga kini pun para guru tetap menyelesaikan pelatihan mandiri dan aksi nyata yang belum sempat diselesaikan.
Selain pengerjaan pelatihan mandiri pada aplikasi PMM, guru juga meningkatkan kompetensi melalui pelatihan daring lainnya.
Sedangkan untuk kepentingan perangkat ajar, modul serta contoh RPP didapatkan guru melalui link atau tautan yang disebarluaskan melalui pesan WhatsApp.
Implementasi Kurikulum Merdeka masih butuh pendampingan
Sejauh ini, dalam masa percobaan penerapan dan implementasi Kurikulum Merdeka masih cukup membingungkan bagi guru.
Walaupun belum lama ini dari sekolah kami ada dua orang perwakilan guru untuk mengikuti pelatihan tentang Kurikulum Merdeka ini, kami merasakan hal tersebut belum cukup mengakomodir rasa penasaran guru dan belum mampu menjawab berbagai pertanyaan guru terkait Implementasi Kurikulum Merdeka.
Oleh karena itu, kami menilai masih perlu dilaksanakan pelatihan dan bimtek bagi guru tentang bagaimana cara mengolah dan menghadirkan berbagai perangkat dan administrasi yang sesuai dengan aturan dan redaksi yang berlaku pada Kurikulum Merdeka.
Semoga masukan ini bisa sampai ke pihak yang bersangkutan. Supaya dapat segera mengambil langkah jitu minimal dalam bentuk pelaksanaan pelatihan atau workshop secara tatap muka bagi guru.
Gunanya agar segala tanda tanya yang ada dalam benak guru bisa hilang dengan solusi yang bisa ditanyakan langsung secara tatap muka kepada pihak yang dianggap telah khatam menguasai seluk beluk Kurikulum Merdeka.
***
Salam berbagi dan menginspirasi.
[Akbar Pitopang]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H