Wahai ayah dan bunda, yuk ajarkan anak gaya hidup minimalis atau frugal living sejak dini...
Gaya hidup minimalis merupakan sebuah gaya hidup yang patut untuk diterapkan dalam berbagai lini kehidupan.
Gaya hidup minimalis ini disebut juga dengan istilah frugal living yang berarti hidup dengan kesederhanaan.
Sebagian orang menganggap bahwa frugal living ini tanda bahwa seseorang itu adalah pelit. Padahal konsepnya tidak demikian.
Hidup sederhana bukan berarti pelit. Tapi lebih kepada bijak dalam menentukan pilihan terhadap sesuatu.
Sehingga pilihan yang kita pilih memberikan manfaat maksimal karena sesuai dengan kebutuhan.
Juga dapat disimpulkan bahwa gaya hidup minimalis ini sejatinya mampu memberikan manfaat yang maksimalis.
Frugal living atau gaya hidup minimalis bukan tentang konsep ruang melainkan konsep pemikiran atau mindset.
Jadi, tidak ada salahnya jika kita memulai untuk kembali membulatkan tekap untuk menerapkan konsep frugal living dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tidak perlu memusingkan diri dengan omongan dan gunjingan tetangga atau orang lain yang belum memahami konsep gaya hidup minimalis ini dengan baik.
Bagi kamu yang dulu sebelum berkeluarga atau masih lajang masih suka mengabaikan konsep frugal living ini. Maka jika kamu memutuskan untuk membina rumah tangga atau mungkin saat ini sudah berkeluarga maka coba perhatikan dengan seksama.
Apakah gaya hidup yang kamu terapkan sejauh ini sudah sesuai dengan alur dan konsep frugal living atau belum sama sekali.
Ketika kita sudah berkeluarga apalagi jika sudah dikaruniai anak maka wajib bagi ayah dan bunda untuk menerapkan gaya hidup minimalis ini.
Konsep frugal living ini bisa diajarkan kepada anak sejak mereka masih kecil atau usia dini.
Gaya hidup minimalis yang mampu diterapkan kepada anak akan memberikan dampak yang luar biasa bagi si anak di kemudian hari.
Tantangan hidup di era modern saat ini sungguh beragam dan sangat besar sekali. Apalagi kini kita sudah berada di era society 5.0. Ditambah lagi dengan kondisi dimana bonus demografi adalah sebuah keniscayaan yang semakin hari terus terjadi di negeri ini.
Dalam menyikapi segala permasalahan yang akan timbul di era modern yang akan menjadi masa bagi anak-anak untuk ikut berkecimpung dalam berbagai bentuk dan aktivitas sosial.
Maka konsep frugal living ini harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Agar mereka tidak menjadi canggung bahwa dunia ini semakin berat untuk dijalani dan pula tidak ikut menjadi beban.
Semua itu dapat dihindarkan jika anak bisa menjalani kehidupannya dengan gaya hidup minimalis atau frugal living.
Penulis sendiri sebagai pasangan muda yang saat ini sedang memiliki anak yang usianya masih dibawah batita (bayi tiga tahun), mencoba untuk terus menerapkan konsep gaya hidup minimalis ini.
Gaya hidup minimalis penting untuk diamalkan oleh pasangan yang punya anak kecil dirumah.
Tujuannya adalah agar rumah bisa menjadi tempat terbaik bagi segenap anggota keluarga, terutama bagi anak.
Ketika seseorang hidup bersama bayi atau anak kecil dirumah maka sudah dipastikan bahwa rumah akan penuh dengan kebutuhan atau fasilitas pendukung untuk mobilitas si anak.
Tak jarang kita menyaksikan sebuah rumah yang penuh dengan berbagai pernak-pernik si anak atau bayi.
Apakah itu salah? Tentu tidak. Tapi kebanyakan yang terjadi adalah kondisi yang tidak terkontrol sehingga membuat rumah seperti kapal pecah dan tak terurus.
Bukankah memang sesuatu hal yang lumrah ketika seseorang sedang punya bayi atau anak kecil maka rumahnya pasti akan selalu berantakan?
Memang benar bahwa hal itu sangat wajar sekali. Tapi selaku orang tua bisa meminimalisir keadaan “riweuh” dengan menerapkan gaya hidup minimalis ini.
Kita akan merasakan perbedaan yang signifikan sekali ketika sebelum dan sesudah menerapkan gaya hidup minimalis atau frugal living bersama buah hati.
Agar konsep gaya hidup minimalis atau frugal living ini lebih mudah untuk dipahami seperti apa penerapannya dalam kehidupan rumah tangga bersama buah hati. Simaklah beberapa model penerapannya dibawah ini.
Seberapa penting orangtua membelikan mainan anak?
Ketika kita punya bayi atau anak kecil dirumah maka seringkali kita lupa diri dan ingin selalu membelikan mainan baru untuk anak.
Seakan-akan kita menganggap bahwa dengan membelikan mainan baru kepada anak, kita seolah-olah bisa dicap sebagai orangtua yang penyayang dan perhatian kepada anaknya.
Orangtua memang harus selalu peduli dan senantiasa mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Tapi, tidak harus dengan terlalu sering membelikan mainan baru.
Karena, ternyata sesuai pengalaman penulis sendiri bahwa mainan baru yang disodorkan orangtua tidak sepenuhnya mampu untuk menarik perhatian si bayi.
Malah yang sering terjadi adalah anak lebih suka memainkan sendok, piring, tutup periuk, dan berbagai peralatan dapur atau peralatan rumah tangga lainnya.
Sehingga keberadaan mainan baru seakan seperti tidak bermanfaat. Belikanlah mainan yang mengandung unsur edukasi atau sebagai cara pengenalan benda kepada si anak.
Tidak ada salahnya ketika orangtua ingin membelikan mainan baru kepada anaknya. Tapi coba perhatikan faktor kebutuhan dari si anaknya sendiri dengan melihat fase perkembangan anak.
Lalu, disaat mainan anak sudah banyak jumlahnya dan seringkali berserakan dirumah maka langkah orangtua selanjutnya adalah menyediakan tempang khusus untuk menampung semua mainan anak.
Sehingga mainan anak tidak mudah hilang atau dengan alasan tidak tahu dimana keberadaannya sedangkana anak sedang ingin memainkannya. Otomatis orangtua harus membeli mainan baru dengan model yang sama lagi.
Bukankah hal itu bisa dianggap sebagai bentuk pemborosan? Semua itu terjadi akibat orangtua tidak menerapkan gaya hidup minimalis dalam mengatur dan mengelola mainan anak.
Setting ruangan dan penyediaan furnitur
Bagi pasangan muda yang misalnya setelah menikah langsung pindah ke rumah sendiri atau berpisah dengan orangtua atau mertua, maka ia hendaknya tidak terlalu terburu-buru melengkapi semua ruangan dengan keberadaan furnitur.
Misalkan untuk ruang tamu yang menyatu dengan ruangan keluarga, di mana ukuran ruangannya telihat lebih luas bisa dibiarkan kosong atau minim furnitur.
Mengapa hal itu harus dilakukan orangtua? Gunanya agar memberikan rasa aman kepada bayi dan memberikan ruang yang lega bagi anak dalam mengekplorasi ruangan rumah.
Coba bayangkan kalau ruangan tersebut dipenuhi oleh berbagai macam furnitur sehingga ruangan menjadi terasa semakin sempit yang menyebabkan ruang baik anak juga menjadi terbatas untuk berkeliaran.
Selain itu, furnitur yang ada juga bisa mencederai bayi yang baru belajar berdiri atau berjalan. Maupun anak akan suka memanjat furnitur seperti meja dan kursi tamu yang riskan dengan bahaya bagi anak ketika luput dari perhatian orangtua.
Begitu pula dengan keberadaan ranjang di kamar orang tua.
Biasanya yang terjadi adalah ranjang akan disingkirkan lalu kasur akan diletakkan langsung di lantai. Agar anak aman ketika mereka suka turun naik tempat tidur.
Jika orangtua memang perlu untuk membeli furnitur maka belilah yang sekirannya memang mendesak sekali dengan tetap memperhatikan keamanan dan fase perkembangan anak.
Pembiasaan hidup teratur, tertata dan rapi
Ketika dirumah ada bayi dan anak kecil maka tata lah rumah sebaik mungkin. Berbagai fasilitas yang diperlukan anak dan orangtua dipisahkan dan diletakkan di tempat khusus agar memudahkan dalam mengaksesnya ketika hendak dibutuhkan.
Ketika misalkan orangtua menganggap belum wajib untuk membeli lemari khusus untuk pakaian bayi dan anak-anak, maka orangtua cukup membeli keranjang misalnya.
Pakaian anak bisa diletakkan di keranjang sehingga rumah dapat tetap dalam keadaan rapi dan tertata dengan baik.
Rumah yang tertata dan rapi akan memberikan rasa nyaman dan pikiran yang tenang terutama bagi orangtua sendiri.
Sekali lagi, konsep gaya hidup minimalis akan mampu memberikan manfaat yang maksimalis dari segi ketenangan dan kebahagiaan yang akan dirasakan oleh orangtua.
Toilet training untuk memimalisir pemborosan
Ketika anak sudah memasuki usia fase perkembangan untuk diajarkan tentang toilet training maka kesempatan tersebut harus dimaksimalkan dengan baik.
Salah satu kendala gaya hidup minimalis atau frugal living di era modern saat ini menyangkut dengan toilet training yang dipengaruhi oleh budaya instan dalam penggunaan pampers bayi.
Orangtua zaman now pasti sudah tidak asing dan tak jarang memilih pampers sebagai jalan untuk kemudahan dalam meminimalisir “keriweuhan” ketika orangtua membawa bayi beraktivitas di luar ruangan atau outdoor.
Tapi jika sudah waktunya anak diajarkan tentang toliet training maka langkah tersebut harus segera diambil.
Selain memberikan pengalaman baru dan kemandirian kepada anak tentang aktiftas buang air yang harus dilakukan di toilet atau kamar mandi.
Upaya ini bisa segera memangkas biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli pampers bayi.
Harga pampers bayi saat ini di pasaran tergolong cukup mahal. sedangkan pampers hanya akan berakhir di TPA ketika sudah digunakan.
***
Demikianlah beberapa bentuk frugal living atau gaya hidup mininalis yang bisa diterapkan oleh orangtua yang memiliki bayi atau anak kecil dirumah.
Pengenalan dan pembiasaan gaya hidup minimalis kepada anak juga mampu memberikan pengalaman berharga dalam menunjang pengetahuan dan kemampuan anak dari segi kognitif dan psikomotor.
Pengalaman gaya hidup minimalis atau frugal living yang dirasakan oleh anak sejak kecil bisa memberikan pandangan lebih luas tentang konsep hidup kepada mereka.
Sehingga anak bisa menjadi generasi yang tumbuh dengan ide dan konsep kehidupan yang bermakna yang sangat penting untuk merasakan rasakan dalam hidup dan kehidupannya.
***
Salam berbagi dan menginspirasi.
[Akbar Pitopang]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H