Malah yang sering terjadi adalah anak lebih suka memainkan sendok, piring, tutup periuk, dan berbagai peralatan dapur atau peralatan rumah tangga lainnya.
Sehingga keberadaan mainan baru seakan seperti tidak bermanfaat. Belikanlah mainan yang mengandung unsur edukasi atau sebagai cara pengenalan benda kepada si anak.
Tidak ada salahnya ketika orangtua ingin membelikan mainan baru kepada anaknya. Tapi coba perhatikan faktor kebutuhan dari si anaknya sendiri dengan melihat fase perkembangan anak.
Lalu, disaat mainan anak sudah banyak jumlahnya dan seringkali berserakan dirumah maka langkah orangtua selanjutnya adalah menyediakan tempang khusus untuk menampung semua mainan anak.
Sehingga mainan anak tidak mudah hilang atau dengan alasan tidak tahu dimana keberadaannya sedangkana anak sedang ingin memainkannya. Otomatis orangtua harus membeli mainan baru dengan model yang sama lagi.Â
Bukankah hal itu bisa dianggap sebagai bentuk pemborosan? Semua itu terjadi akibat orangtua tidak menerapkan gaya hidup minimalis dalam mengatur dan mengelola mainan anak.
Setting ruangan dan penyediaan furnitur
Bagi pasangan muda yang misalnya setelah menikah langsung pindah ke rumah sendiri atau berpisah dengan orangtua atau mertua, maka ia hendaknya tidak terlalu terburu-buru melengkapi semua ruangan dengan keberadaan furnitur.
Misalkan untuk ruang tamu yang menyatu dengan ruangan keluarga, di mana ukuran ruangannya telihat lebih luas bisa dibiarkan kosong atau minim furnitur.
Mengapa hal itu harus dilakukan orangtua? Gunanya agar memberikan rasa aman kepada bayi dan memberikan ruang yang lega bagi anak dalam mengekplorasi ruangan rumah.
Coba bayangkan kalau ruangan tersebut dipenuhi oleh berbagai macam furnitur sehingga ruangan menjadi terasa semakin sempit yang menyebabkan ruang baik anak juga menjadi terbatas untuk berkeliaran.Â