Jangankan untuk ikut aksi demonstrasi atau orasi menyuarakan pendapat. Mahasiswa tersebut malah lebih banyak "rebahan" dan melakukan aktifitas yang tak terlalu penting sebagai rutinitas keseharian.
Sebut saja bermain game online misalnya.Â
Dulu, banyak diantara rekan kami sesama mahasiswa yang sibuk bermain game baik di kost maupun ke warnet.
Mereka ada yang sibuk main game menggunakan laptop yang seharusnya dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas kuliah.Â
Serta banyak pula yang yang main hp seharian sambil rebahan hanya untuk main game, browsing, membuka media sosial, dan sebagainya.
Selain itu, banyak pula yang hobi streaming serta banyak yang kecanduan untuk maraton drakor sampai begadang hingga subuh.Â
Kegiatan entertainmet semacam itu sebenarnya sah-sah saja dilakukan mahasiswa jika niatnya untuk menjaga kesehatan mental. Tapi jika sudah terlalu berlebihan malah berubah menjadi penyakit mental yang susah untuk disembuhkan.
Manajemen waktu yang tak tepat
Penyebab berikutnya yang membuat mahasiswa perantauan gagal karena tidak mampu mengelola waktu (time management) yang tepat sasaran.
Waktu yang seharusnya dikerjakan untuk menyelesaikan tugas kuliah, malah dihabiskan untuk aktivitas kurang produktif seperti yang disampaikan diatas. Bermain game, streaming, maraton nonton film atau drama dan semacamnya yang dilakukan secara berlebihan dan tak tentu waktu.Â
Hal itu mengakibatkan pekerjaan dan tugas kuliah menjadi tak terselesaikan. Waktu yang terbatas untuk belajar menyebabkan si mahasiswa minim pengetahuan dan selalu enggan untuk tampil presentasi di depan kelas.