Penanaman budaya literasi tidak hanya menunggu guru dan sekolah dalam memperjuangkannya. Namun, orangtua sebagai wadah pendidikan informal harus ikut berperan mengenalkan budaya literasi dan menumbuhkan minta baca pada anak sejak usia dini.
Sedini mungkin sejatinya pada orangtua bisa mengenalkan budaya literasi ini kepada buah hati. Bahkan sejak masih dalam kandungan. Baik sang ibu maupun ayahnya bisa memulai mengenalkan budaya literasi dengan interaksi membacakan buku cerita dan mendongengkan.
Ketika anak sudah sedini mungkin memiliki kedekatan dengan buku dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan guna menumbuhkan minat baca maka ketika anak sudah berada di bangku sekolah mereka akan terbiasa dan tidak merasa canggung lagi.
Itulah sebabnya banyak kita melihat ada anak yang mudah untuk memahami sesuatu.Â
Saat anak baru masuk SD, anak yang sudah dikenalkan budaya literasi sejak dini maka dia akan gampang diajarkan cara membaca.
Berbeda dengan anak yang belum dibiasakan dan didekatkan dengan literasi maka anak-anak tersebut menjadi sedikit lambat dalam membaca berbeda dengan teman-temannya yang lain yang sudah duluan lancar membaca.
Sebagai orangtua yang peduli akan perkembangan kecerdasan anaknya hendaknya dapat memantau segala sesuatu hal yang dapat menstimulasi hal itu. Salah satunya dengan mengenalkan buah hati dengan buku.
Orangtua yang berperan aktif dalam proses pengasuhan anak di rumah memiliki banyak waktu dan kesempatan dalam mendekatkan buku dan literasi kepada anak-anak.
Tidak ada yang salah ketika orangtua mulai mengenalkan budaya literasi ini bahkan ketika anak belum bisa berbicara sekalipun.
Hal ini bisa menjadi langkah preventif yang bisa ditempuh oleh para orangtua mengingat pengaruh budaya kekinian akan lebih mudah menginvasi perhatian anak daripada mengalihkan perhatiannya kepada buku dan pembelajaran sederhana.
Memang kendala terbesar yang dihadapi oleh para orangtua yakni keterbatasan waktu dan kesempatan dalam proses mengenalkan budaya literasi ini pada anak.