Kompasianer Reborn?
Tak terasa sudah dua bulan lamanya kami pulang ke rumah lama kami, Rumah Kompasiana. Rumah tempat kami mencurahkan dan mendengar apa isi hati.
Sudah lebih kurang delapan tahun lamanya kami tersesat dalam proses pertahanan hidup di dunia nyata dan realita. Selama itu lapak (baca: akun profil) artikel kami ini sepi dari hiruk pikuk-sudah seperti rumah kosong.
Kami minggat meninggalkan lapak di Kompasiana terhitung sejak tanggal 25 Mei 2014, tanggal terakhir kami menayangkan artikel di tahun 2014.
Waktu yang sangat lama bagi kami untuk mati suri dari Kompasiana ini. Habituasi yang memakan waktu yang sangat panjang.
Dalam masa habituasi yang panjang itu, kami tidak memiliki satu pun kesempatan untuk menulis sebuah artikel. Benar, tak ada satupun artikel yang bisa kami tulis atau ketik.
Padahal dulunya mungkin kami termasuk salah seorang Kompasianer yang cukup produktif terbukti dari banyaknya jumlah artikel yang sempat ditayangkan.
Dalam kurun waktu tiga tahun sejak kami mendaftar sebagai Kompasianer pada tanggal 29 April 2011, terdapat 386 artikel yang sudah ditayangkan.
Entah mengapa kok bisa-bisanya kami melupakan rutinitas yang begitu bermanfaat ini, menulis dan menayangkan artikel di Kompasiana.
Namun ada satu kesempatan saat kami menayangkan satu artikel yang pada awalnya artikel tersebut kami ikutkan untuk lomba menulis yang ditaja oleh dinas terkait dari Provinsi Sumatera Barat.
Baca juga: Tekad dan Harapan Memajukan Sumatera Barat