Momen lebaran sangat identik dengan budaya pemberian THR (Tunjangan Hari Raya) bagi anak-anak. Budaya ini sudah berjalan dari dulu hingga sekarang.
Pemberian THR ini biasa dilakukan ketika ada teman atau saudara kita yang datang bertamu ke rumah untuk bersilaturahim.
Pun ketika kita bertamu ke tempat saudara atau teman, kita akan memberikan THR untuk anak-anaknya yang masih kecil atau berada di bangku sekolah.
Pemberian THR kepada anak-anak ini bisa sebagai wadah apresiasi karena telah mau belajar berpuasa. Bahkan ada anak yang bisa berpuasa full tanpa batal selama sebulan penuh.
Atau bisa jadi pemberian THR kepada anak-anak sebagai bentuk pemberitahuan kepada masyarakat kalau seseorang itu sudah bekerja dan mendapatkan hasil yang layak sehingga bisa membagikannya.
Walaupun tidak ada seorang pun yang akan memberikan alasan seperti itu. Tapi secara tidak langsung bisa kita anggap seperti itu. Dan itu sah-sah saja. Asalkan tidak pamer dan berlebihan.
Dan anak-anak jaman now ketika lebaran tiba akan menjadikannya sebagai momentum menambang penghasilan. THR bisa jadi dana segar untuk ditabung atau untuk membeli sesuatu, misalnya mainan.
Walaupun terkadang anak-anak hanya pergi berkunjung ke tempat saudaranya saat lebaran tanpa mengulurkan tangan meminta THR. Tapi tuan rumah tanpa disuruh akan memberikan THR kepada anak-anak secara cuma-cuma.
Ketika lebaran berakhir atau masih pada saat lebaran berlangsung, saatnya menghitung pundi-pundi rupiah yang terkumpul dari penerimaan THR untuk anak-anak.
Kemarin saja waktu penghitungan THR yang diterima oleh ponakan saya jumlahnya cukup fantastis. Totalnya mencapai tiga ratus ribu lebih.