Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

"Menghargai" Firman Tuhan

11 Januari 2014   14:13 Diperbarui: 7 April 2022   12:22 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Malam itu saya dan beberapa orang teman tengah sibuk berkutat di depan laptop masing-masing. perhatian kami tertuju ke layar laptop masing-masing yang telah tersambung degan koneksi internet. Duduk tenang di bangku panjang di depan salah satu kamar. Angin malam berhembus tak terlalu kencang sehingga suasana tak sedingin komunikasi antar sesama kami. Sesekali kami saling berbalas komentar saat koneksi internet tiba-tiba terputus, time out!

Tiba-tiba salah seorang teman menghampiri kami. Kemudian menunjukkan sebuah stiker yang baru ia beli di luar. Ekspresinya menampakkan bahwa ia tidak senang dan tidak menerima stiker tersebut. ia kemudian berkata,

“eh, coba kalian perhatikan stiker ini”

Kami pun memperhatikan stiker itu secara bergantian satu sama lain. Kami memperhatikannya terlihat cukup seksama padahal sebenarnya kami tidak terlalu paham apa yang sebenarnya ia maksud.

“emang kenapa dengan stiker ini?” tanya seorang teman.

“iya ee, ada yang salah?” teman yang lain menambahkan.

“aduh.. kalian lihat yang lebih teliti dong..” kata teman pemilik stiker.

Kemudian kami pun kembali memperhatikan stiker tersebut untuk mencari dimana letak kesalahannya atau menemukan apa yang dimaksud oleh teman itu. namun sayang seperti kami tidak menangkap sinyalnya dengan baik. Entah apa yang kami bayagngkan dalam benak masing-masing.

“yang ini yang saya maksud..” kata teman itu sambil mengarahkan apa yang ia maksud dengan jari telunjuknya.

“hmm ada apa sih? Ada yang salah?” seorang teman bertanya penasaran.

“benar benar deh kalian.. sini aku jelasin!” akhirnya teman itu pun pasrah dengan sikap teman-teman yang loading lama.

Kemudian ia pun menerangkan kepada kami bahwa pada ayat al-quran yang dicetak pada kertas stiker itu ada yang mengganjal hatinya. Ia menerangkan dengan ekspresi yang sangat serius sehingga terlihat nyata bahwa ia tidak terima. Setelah ia menjelaskan barulah kami bisa menangkap apa yang ia maksud.

Memang sepertinya ada yang membuat hati kita merasa kurang nyaman dengan apa yang telah tercetak di stiker itu. bagaimana dengan pandangan teman-teman? apa memang ada yang mengganjal?

Menurut hemat saya pribadi, apa yang dikatakan teman tadi itu ada benarnya. Ayat yang telah tercetak pada kertas stiker itu kurang sempurna dari segi tajwid dan tanda bacanya. Terutama terlihat pada penggalan kata “allah”. Dalam tulisan arab, kata allah yang benar adalah diberi tasydid. Walaupun misalkan tidak diberi baris, yang penting adalah tasydid-nya itu. 

Tasydid yang terdapat pada kata allah menunjukkan bahwa kata itu dimaksudkan untuk menunjukkan tuhan. Dimana-mana kata allah pasti ada tasydid-nya. Dalam al-quran, kata “allah” selalu menunjukkan maksud bahwa kata itu adalah Allah, tuhan satu-satunya bagi umat muslim. Jika kita menemukan penggalan tulisan arab yang terdapat kata “allah” berarti kata itu artinya itu adalah tuhan, Allah.

Saat menerangkan kekeliruan ini kepada kami, teman itu menjukkan ekspresi yang tidak menerima kesalahan ulah manusia ini. bagaimanapun, kekeliruan dan kesalahan adalah akibat ulah tangan dan perlakukan manusia. Kenapa masih bisa terjadi kekeliruan semacam itu padahal manusia sudah sangat sangat memahaminya. Sebuah kesalahan hanya bisa ditolerir bagi orang-orang yang belum pernah tahu atau belajar tentang sesuatu. Terkadang juga masih bisa diterima ketika alasannya karena lupa. Namun kekeliruan seperti ini selayaknya tidak boleh terjadi.

Sangat disayangkan sekali kenapa kekeliruan ini bisa terjadi. Ini sama saja artinya dengan pelecehan firman tuhan. Ayat-ayat sebagai firman tuhan seharusnya benar-benar dijaga dengan baik, dihormati, dihargai bahkan dijunjung agung. Tuhan menurunkan firman-Nya untuk kebaikan manusia. Memberi kabar bahagia dan buruk kepada umatnya agar umatnya senantiasa dekat dan mengingat-Nya.

Tak ada salahnya bagi umat untuk memanfaatkan atau menggunakan ayat-ayat tuhan demi kebaikan dan kebenaran. Salah satunya dengan jalan perniagaan. Mungkin niatnya untuk saling mengingatkan sesama ciptaan tuhan. Agar bisa selalu ingat tuhan dimanapun, kapanpun dan disaat apapun.

Namun niat ibadah tersebut jangan sampai membuat kita terjerat ke dalam kenistaan. Dalam beribadah kita harus punya pegangan yang kokoh tentang dasar-dasar agama. Dalam beragama kita juga perlu ilmu dan pengetahuan tentang agama yang kita anut. Agar kesalahan-kesalahan saat semacam ini bisa diperbaiki dan dikoreksi demi sebuah pencerahan dan keyakinan.

Sebagai sesama penganut, kita memang diwajibkan saling mengingatkan. Kebenaran itu datangnya dari tuhan. Jadi wajar jika manusia sering dan suka berbuat salah dan dosa. Namun pintu maaf dan kemurahan tuhan senantiasa terbuka lebar menerima pertobatan dan pengakuan salah dari umatnya. Bagiku agamaku, bagimu agamu dan bagi kita adalah agama kita.

Allahu a’lam bissowab… 

 

 


Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun