Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Minang dengan Lafal Indonesia

9 Mei 2013   19:18 Diperbarui: 12 November 2022   10:39 2750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa Minang dengan Lafal Indonesia (via Instagram.com/rachelvennya)

Bahasa minangkabau (minang, baca) merupakan salah satu rumpun bahasa daerah yang ada di indonesia. Bahasa minang juga merupakan bahasa daerah yang cukup popular di masyarakat. 

Salah satu bahasa daerah yang jumlah penuturnya cukup besar. bahasa minang sudah tersebar ke berbagai daerah. Bahkan ada masyarakat di suatu daerah yang lebih akrab menggunakan bahasa minang untuk berkomunikasi sesama anggota masyarakat. 

Ada juga bahasa minang yang sudah berasimilasi dengan bahasa daerah setempat. Banyak kosakata dari bahasa minang yang dipakai sehingga hal itu sebenarnya tentu semakin membuat bahasa minang semakin terjaga keberadaannya.

Bahasa minang tentu secara mayoritas dituturkan oleh orang-orang minang di daerah minang sendiri. daerah penyebaran bahasa minang adalah bagian tengah dan barat pulau sumatera. Perkembangan bahasa minang sehingga bisa tersebar secara luas seperti itu dimungkinkan karena berbagai faktor. 

Faktor paling relevan adalah faktor kebudayaan masyarakat minang yang suka merantau. Di perantuan, orang minang tetap suka menjalin hubungan baik dengan sesama orang minang. Saat berkumpul bersama, bahasa minang tak akan pernah dilupakan. Bahasa minang tetap akan dituturkan walau sudah berada di belahan bumi lainnya di dunia ini.

Saya orang minang tulen. Terlahir dari keluarga asli minang. Ayah, ibu, kakek, nenek dan seterusnya keatas semuanya orang minang. Sejak kecil saya sudah terbiasa bertutur dengan menggunakan bahasa minang. Hingga saya besar seperti saat ini saya tetap melestarikan bahasa minang. 

Termasuk saat ini saya hidup di rantau untuk menuntut ilmu, bahasa minang tetap tak pernah absen untuk keluar dari mulut saya. bahasa minang sudah menjadi bagian dari identitas saya. saya sebagai orang minang dan sebagai warga negara indonesia, bangga sekali. 

Dengan demikian tentu saya sudah cukup paham dengan bahasa minang. Kosakatanya tentu sudah secara hampir keseluruhan saya kuasai. Untuk penggunaan dalam kegiatan sehari-hari, saya memakai bahasa minang yang biasa gunakan. 

Mungkin hanya kosakata-kosakata tertentu dari sejumlah daerah di sumatera barat saja yang mungkin ada kosakata-kosakata yang jarang didengar. Namun walau demikian, setelah dipahami kembali pasti akan tahu artinya atau sinonim katanya apa. 

Dulu ketika masih duduk di bangku SD hingga SMP, sekolah memberikan mata pelajaran Budaya Alam Minangkabau (BAM). Mata pelajaran tersebut memberikan pengetahuan ke siswa tentang ke-minangkabau-an. 

Budaya, alam, adat, bahasa dan semua tentang minangkabau diajarkan kepada siswa. Semua itu saya rasa untuk memberikan dasar identitas kepada siswa untuk paham dan mengerti tentang akar budayanya. Dan itu saya rasa sangat baik adanya. 

Namun, sesuai pengamatan ada sesuatu yang unik mengenai bahasa minang. Ada bentuk perubahan kata dalam bahasa minang yang disesuaikan dengan bahasa indonesia. Terutama untuk nama-nama daerah. Bentuk katanya disesuaikan dengan cara penyebutan dalam bahasa indonesia. 

Kosakatanya tetap kata-kata dalam bahasa minang namun hanya ujung kata dalam bahasa minang yang kebanyakan diubah polanya. Kebanyakan kata-kata dalam bahasa minang tersebut dipermak untuk mempermudah pelafalannya saja. 

Untuk lebih jelasnya coba perhatikan kata-kata dibawah ini;

Namun disamping nama-nama yang diindonesiakan tersebut, ada banyak kata atau nama yang tetap dipertahankan. Seperti;

Koto Nan Gadang, kenapa tidak Kota Yang Besar?

Kotobaru, kenapa tidak menjadi Kotabaru?

Kapalo Banda, kenapa tidak jadi Kepala Parit?

Sarilamak, sebaiknya kan Sari Enak?

Balai Nan Duo, gak diganti menjadi Balai Yang Dua?

Anak Daro, gak jadi Anak Dara?

Dan banyak contoh kata dari nama-nama tempat atau daerah di sumatera barat yang tetap memakai kata-kata yang seharusnya yang ada dalam bahasa minang. Pengucapan dan penulisannya tetap dengan pola bahasa minang. 

Itulah yang membuat saya heran. Kenapa tidak semuanya saja disesuaikan dengan pelafalan bahasa minang? 

Atau sebaliknya, semuanya tetap berpegang dengan pola bahasa minang yang seharusnya? Kenapa hanya setengah-setengah? 

Coba perhatikan daerah lain seperti Aceh. Nama-nama daerahnya tidak disesuaikan dengan pelafalan bahasa indonesia namun tetap dalam bahasa aceh. Contohnya Meulaboh, dan banyak lagi yang lainnya yang tetap dalam bahasa aceh.

Selain itu juga ada bahasa sunda. kata atau nama-nama dalam bahasa sunda tetap seperti apa adanya. Contohnya.

Saya sebagai orang yang bukan dari Aceh maupun dari wilayah Jawa Barat mengalami sedikit kesulitan ketika melafalkan kata-kata atau nama-nama seperti diatas itu. perlu pelafalan secara pelan dan lambat agar pelafalannya tepat dan baik. 

Pertanyaan mendasar adalah apakah kata-kata dan nama-nama dalam bahasa minang perlu diindonesiakan? 

Kenapa tidak tetap seperti apa adanya dalam bahasa minang? 

Seharusnya memang kata-kata dan nama-nama dalam bahasa minang tersebut tetap seperti apa adanya dalam bahasa minang. Tetap seperti aslinya. Seperti apapun aslinya tetap dipertahankan dan tidak perlu ujung atau bentuknya diubah sesuai dengan pelafalan dalam bahasa indonesia.

Jika tetap dalam bahasa minang yang tidak diubah sesuai pelafalan bahasa minang akan ada manfaat lain sebenarnya yang bisa dipetik. Orang-orang di luar minang atau diluar daerah sumatera barat akan belajar tentang bentuk pelafalan dalam bahasa minang. 

Lidahnya akan semakin terbiasa melafalkan kata-kata dalam bahasa minang. Sehingga hal tersebut juga akan mempermudah mereka yang ingin belajar dan mahir bertutur dalam bahasa minang.

Seharusnya dari awal memang seperti itu. kita tetap mempertahankan keaslian bahasa minang. Agar bahasa minang tetap seperti apa adanya. 

Bahasa minang termasuk bahasa daerah yang kaya kosakata dan kata makna. Untuk itu perlu bagi kita untuk tetap melestarikan keotentikan dari bahasa minang itu sendiri. 

Salam urang awak.. 


*****

Akbar Pitopang untuk Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun