Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mesin Penggiling Padi Inovatif

10 Agustus 2012   08:30 Diperbarui: 23 April 2022   11:31 7031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kemaren ada fenomena baru yang saya lihat di tempat tinggal saya. Fenomena apakah itu? Apalagi kalau bukan fenomena mesin penggiling padi berjalan. Sebuah inovasi yang bermanfaat dalam penerapan teknologi. Saya rasa ini sangat menarik dan untuk itu saya akan membagikannya pada teman-teman semua. Silahkan disimak ya…

Sebenarnya sudah dari sore pada hari sebelumnya mama menghubungi pemilik penggiling padi berjalan itu untuk datang kerumah pagi hari. Karena mama ada kegiatan pesantren Ramadan maka saya yang ditugaskan untuk menemani mereka jika mereka telah tiba untuk menggilingkan padi.

Tapi ternyata mereka tak kunjung datang. Saya menunggunya sejak pagi itu. Pagi berganti siang. Namun mereka masih belum datang. Kemudian mama sampai dirumah. Mama menghubungi kembali nomor kontak pemilik penggilingan padi berjalan itu. Kata mereka akan datang nanti sore. Mungkin mereka sibuk karena banyak juga yang meminta jasa mereka. Mungkin saja..

Sore akhirnya datang. Sekitar pukul 17.00 WIB mereka tiba di depan rumah. Lalu kami langsung menuntun mereka untuk mengambil padi yang akan digiling.


[caption id="attachment_199343" align="aligncenter" width="617" caption="mesin penggiling padi ajaib.. unik kan.. :)"]

13445860911953682050
13445860911953682050
[/caption]



Saat mereka sibuk menggilingkan padi itu, mata saya langsung memperhatikan seluk beluk penggiling padi berjalan tersebut. Bentuknya seperti mobil yang sudah dimodifikasi. Diatasnya atau di bagian badan mobil dipasang perangkat penggiling padi. Lalu di bagian depan dibuatkan bangku untuk mereka duduk. Mereka hanya berdua saja. Seorang usia masih muda mungkin umurnya baru sekitar 25 tahun. Dan yang seorangnya lagi telah berumur sekitar 35 tahun.


[caption id="attachment_199353" align="aligncenter" width="609" caption="tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menggilingkan padi"]

13445891541109770706
13445891541109770706
[/caption]



Tak lama waktu dibutuhkan untuk menggilingkan padi. Padi pun selesai digiling dan siap untuk dimasak. Setelah giliran padi kami selesai digiling, ketika itu masih ada dua orang ibu-ibu lagi akan digilingkan padinya. Ternyata ibu-ibu itu sudah langganan juga dengan penggiling padi berjalan ini.


[caption id="attachment_199365" align="aligncenter" width="600" caption="banyak juga warga yang berlangganan dengan mereka"]

13445916862134351977
13445916862134351977
[/caption]


Oh ya.. Dedak dari kulit padi sisa penggilingan juga menjadi hak pemilik padi. Dedaknya bisa sekalian diambil. Karena mama masih menekuni hobinya memelihara itik, maka dedaknya kami ambil. Beras untuk kami makan lalu dedaknya untuk itik-itik peliharaan mama.. He he he..


[caption id="attachment_199374" align="aligncenter" width="446" caption="dedak untuk itik mama.. :)"]

13445946481300310013
13445946481300310013
[/caption]


Berapa kami membayar jasa mereka? Ternyata tidak mahal dan sangat terjangkau. Bayarannya adalah beras yang kami giling itu. Tidak dengan uang tapi dengan beras. Berapa banyak beras yang diambil? Tergantung banyaknya padi kalau saya perhatikan. Seorang ibu yang juga menggilingkan padinya hanya diambil berasnya satu liter. Tapi untuk padi kami diambil berasnya satu setengah liter karena padi kami lumayan banyak.

Saya rasa inovasi ini sangat membantu. Itu terlihat dari antusiasme masyarakat yang ingin menggilingkan padinya pada mereka. Ibu-ibu itu tidak perlu repot mengantarkan padi ke tempat penggilingan padi biasa. Lalu menunggu sampai pemilik penggilingan padi menggilingkan padinya. Kalau di tempat penggilingan padi biasa kita kadang bisa menunggu sampai keesokan harinya. Tapi jika menggilingkan padi pada penggiling padi berjalan ini berasnya langsung dibawa pulang hari itu juga. Berarti itu benar-benar sangat membantu dan lebih efisien. Efisien waktu, tenaga dan bayaran penggilingan padi.

Itu sebabnya banyak diantara masyarakat yang mau berlangganan dengan mereka. Kebetulan mereka punya nomor kontak yang bisa dihubungi. Jadi nomornya bisa kita simpan. Dan kita bisa langsung menghubunginya saat ingin menggilingkan padi. Sangat membantu sekali.

Dari sana kita juga dapat pelajaran. Ternyata rizki itu bisa datang dari mana saja. Tinggal usaha dan sedikit inovasi. Terbukti kan dari penggiling padi berjalan diatas.. Disini terjadi hubungan simbiosis mutualisme. Sama-sama diuntungkan.

Jika saja kita mau mengerahkan sedikit kemampuan dan ide inovasi yang kita miliki maka kesempatan atau peluang itu akan ditangan kita. Kita akan mengambil manfaat dari inovasi yang kita buat.

Mesin atau tempat penggilingan padi sudah banyak. Tapi yang bentuknya berjalan seperti mobil diatas baru satu saja. Baru mereka yang saya temukan. Berarti peluang ada ditangan mereka. Asal mereka lebih giat bekerja dan jeli melihat peluang maka keuntungan akan lebih banyak mereka peroleh.

Itu dulu ya sedikit pengalaman yang bisa saya bagikan kali ini. Semoga ada manfaatnya. Intinya marilah kita mengerahkan ide dan inovasi yang kita miliki. Ciptakan sesuatu yang beda dari kebanyakan yang sudah ada. Karena sebuah inovasi kreatif akan terlihat lebih menarik dan lebih dihargai.

Salam… (BAR)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun