Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Terinspirasi Film 127 Hours: Setiap Detik Berharga

9 Februari 2012   11:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:52 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13287871212116951983

film yang memotivasi...

Saya tidak tahu apakah anda sudah pernah menonton fimnya atau belum. Tapi yang jelas disini saya hanya mencoba menerangkan lagi isi dan pelajaran yang dapat diambil setelah menonton film ini. Kisah yang diangkat dari film ini berasal dari sebuah buku yang berjudul Between A Rock And A Hard Place karya Aron Ralston. Yang merupakan inspirasi dari kisah nyata.

Dimulai ketika seorang pemuda gagah yang suka berpetualang. Ia akan berpetualang di canyonland. Awalnya semua berjalan mulus. Bahkan ketika ia bertemu dengan dua orang wanita. Mereka berenang dan tertawa bersama di Blue Jhon.

Kemudian mereka berpisah melanjutkan perjalanan masing-masing. Medan yang ada didepan mata memang sangat menantang. Jalan yang berkelok, sempit dan sangat curam. Sampai akhirnya disaat ia sedang asyiknya tiba-tiba ia tergelincir karena pegangan batu yang ia pegang ternyata tidaklah kuat menahan bobot tubuhnya. Tangannya ternyata dihimpit oleh batu besar dan tidak dapat digerakkan. Dari sinilah dimulai petualangan yang sebenarnya selama 127 jam.

Ia berusaha sekuat tenaga melepaskan tangannya yang terperangkap dihimpit batu besar. Ia berjuang sekuat tenaga. Tapi tak mungkin bisa. Batu itu telah tertancap diantara dinding batu yang sempit. Jauh didasar tanah yang berbentuk jurang. Ia berteriak sekeras mungkin memnta bantuan. Dari tak mungkin seorangpun bisa mendengar suaranya. Benar sekali, tak seorangpun tahu kalau dia sedang berjuang keras melepaskan tangannya.

Ia memuat rekaman. Sudah 24 jam ia disana. Ketika semua orang tengah berada pada situasi sengit seperti itu tak ayal semua kenangan indah akan terbayang. Haripun berganti. Persedian makanan semakin tipis. Sampai-sampai ia memakan lensa kontak matanya. Saking laparnya. Persedian air juga menipis. Solusi yang paling bisa dilakukan hanyalah menanpung air seni. Jika haus itulah yang akan di minum lagi. tak dapat saya bayangkan jika berada pada situasi seperti itu. Apa saya sanggup meminum kembali air seni saya sendiri…

Terlintas dipikirannya untuk memotong tangannya. Tangannya ia ikat agar aliran darah tersendat sehingga tidak begitu sakita jika tangan tersebut dipotong. Lha… ketika berusaha memotong, ternyata pisaunya tidak tajam. Tidak ada luka sedikitpun. Lucunya ia berpesan “jangan membeli peralatan murah buatan cina”. Ha ha ha…

Ditengah situasi seperti itu ternyata lucunya ia masih bisa membayangkan hal-hal kotor. Maklum anak muda… tapi seketika itu tuhan langsung mengingatkannya suara petir yang amat keras. Ia terkejut sekali. Hujan lebat turun membasahi seluruh tubuhnya. Dinginnya terasa sampai ke tulang.

Timbul penyesalan pada dirinya yang tidak menjawab panggilan telepon dari ibunya. Sehingga tak seorangpun tahu dimana ia sekarang berada.

Akhirnya ia sudah tak tahan lagi. ia tancapkan dengan keras pisau yang tadi. Darah yang keluar ia masukkan ke mulut dengan tangannya. Kondisinya benar-benar semakin kritis. Tenaganya semkin brkurang. Tubuhnya melemah. Jantungnya berdetak tiga kali lebih kencang dari biasanya. Ini tidak bisa didiamkan. Bantuan benar-benar tidak akan datang. Pemotongan harus segera dilanjutkan.

Ia awali dengan terlebih dahulu mematahkan tulang yang menjadi bagian yang akan ia potong. Ngeri melihatnya ketika ia menemukan pembuluh darahnya. Dipegang lalu diputus. Benar-benar ngeri. Kelihatan seperti sungguhan. Saya tak sanggup menyaksikannya.

Tanganpun berhasil ia potong. Ia selamat. Tapi ini masih belum berakhir. Masih butuh perjuanganlagi untuk bisa sampai ke dasar lembah. Musti turun dengan menggunakan tali. Ia berjalan menuju arah pulang. Segala puji bagi tuhan. Akhirnya ia bertemu dengan petualang lainnya yang berada tepat didepannya. Ia berusaha mengeluarkan teriakan agar mereka menoleh ke belakang dan meolongnya. Syukurlah mereka bisa mendengar suaranya. Bantuanpun datang. Ia sekarang sudah benar-benar selamat. Ia sudah dapat bernapas lega.

Firasat Aron menjadi nyata. Tiga tahun kemudian ia bertemu dengan istrinya, Jessica. Anak mereka lahir pada Februari 2010. Aron terus memanjat dan melakukan kegiatan di Canyon. Ia selalu meninggalkan catatan kemana ia pergi.

Lalu apa pelajaran yang dapat kita petik?

1.Persiapkan semua hal dengan matang. Perencanaan yang matang akan mempermudah suatu pekerjaan.

2.Jika ingin pergi ke suatu tempat yang jauh/menantang/belum pernah dikunjungi, ajaklah oranglain. Anda bisa mengajak keluarga atau teman dekat.

3.Persiapkan bekal makanan yang cukup selama perjalanan.

4.Bawa peralatan penting seperti pisau, gunting, dsb.

5.Bawa pakaian yang dapat melindungi diri ketika panas ataupun hujan.

6.Jangan lupa membawa alat komunikasi.

7.Yang sangat penting sekali; pamit/minta izin terlebih dahulu kepada orang terdekat di sekitar anda. Izin dari orang tua juga sangat penting. Terkadang suatu hal yang tidak disetujui orang tua akan mendatangkan masalah.

8.Berdoalah terlebih dahulu kepada tuhan agar diberi keselamatan sampai tujuan maupun kembali lagi kerumah.

saya ingin memasang film tersebut di tulisan ini tapi muatannya cukup besar, maaf ya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun