Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cinta Ditolak, Psikopat Bertindak

15 Maret 2014   18:56 Diperbarui: 1 April 2022   09:22 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



Baru-baru ini kita dibuat tercengang ketika menyaksikan berita di televisi tentang pembunuhan berencana yang dilakukan terhadap mantan kekasih. Ya, kisah yang dialami oleh Ade Sara yang menjadi korban atas kesadisan mantan kekasihnya, Hafidt yang dilakukan bersama pacar baru yang juga teman lama Ade, Asshifa. 

Diketahui bahwa motif pembunuhan tersebut didasari karena korban memutuskan untuk mengakhiri kisah asrama bersama pelaku pembunuhan. Tidak diterima, akhirnya mantan pacar memutuskan mengakhiri nyawa korban bersama Asshifa yang juga ingin mengakhiri nyawa korban agar hubungannya bersama hafidt bisa berjalan lancer tanpa gangguan. Hanya karena dasar itu lalu jalan membunuh menjadi jalan ampuh? Sungguh diluar akal sehat!

Masih hangat pemberitaan ini di telinga kita yang hingga kini masih terngiang-ngiang, ada kabar lain yang datang menghampiri saya yang menimpa teman kuliah saya sendiri. Saya dan teman-teman kuliah menjalin hubungan perteman dengan baik satu sama lain. Kami berteman cukup akrab sehingga  ketika seorang teman bertemu dengan teman lainnya, hal pertama yang ditanyakan adalah kabar. 

Salah seorang teman perempuan saya itu ternyata juga menjadi korban atas “kehilangan akal sehat” dari seseorang yang pernah menyatakan cinta dan rasa sayang kepadanya. Kejadian ini memang sudah terjadi beberapa minggu yang lewat. Namun walau begitu sepertinya topik pembicaraan seperti ini tetap menjadi hangat untuk dibicarakan. Walau kejadian yang dialami teman saya itu sudah beberapa minggu yang lewat namun rasa sakitnya masih terasa hingga kini. 

Seperti apa kronologi terjadinya aksi psikopat yang dialami teman saya itu. teman saya kita kasih saja inisialnya ER dan teman lelaki yang melakukan kekerasan terhadapnya dengan DN. ER pada suatu hari dihubungi oleh DN melalui SMS untuk minta tolong diantarkan HP nya yang ketinggalan di kos ER. Hp DN memang sudah sengaja ditinggal di kos ER. ER diminta untuk mengantarkannya ke kampus dan mereka janjian untuk bertemu  ditempat yang sudah dijanjikan. Karena ER juga akan berangkat ke kampus maka ER menyetujui permintaan DN. Lalu ER pun segera melaju ke kampus dengan hanya berjalan kaki. 

Tak jauh dari gang kosannya ER, ternyata DN sudah menunggui kedatangan ER dengan membawa motornya. Walau demikian ER masih belum menyadarinya. DN mengajak ER untuk naik keatas motor dan ER langsung saja mengikuti perintah dari DN. 

Ketika motor telah melaju, ternyata ER tidak mengarahkan motor kea rah kampus. Dan lagi-lagi ER masih blum menyadari niatjahat DN. Mereka sebenarnya sudah cukup lama berteman karena mereka berinteraksi dalam satu organisasi yang sama. Itu sebabnya ketika  ER mengetahui arah yang dituju tidak ke kampus, ER hanya sekedar sempat bertanya namun DN tidak mengindahkan.

DN mengendarai motor dengan cukup kencang hingga tibalah mereka di sebuah tempat sunyi yang jarang sekali dilewati orang. Ketika sampai di TKP, DN langsung menurunkan ER. Kemudian DN menabrakkan motornya ke tubuh ER. Tidak hanya itu, DN juga memukul dan menendang tubuh ER. Hingga membuat ER kesakitan dan kakinya sulit untuk dibawa berjalan. 

Setelah DN puas melihat penderitaan yang dialami ER, DN meninggalkan ER seorang diri di tempat sunyi tersebut. Sebelum DN pergi meninggalkan ER, DN sempat-sempatnya meninggalkan uang sebesar Rp. 2.000,-. Entah untuk apa uang itu ditinggalkan DN untuk ER namum asumsi ER, uang itu ditinggalkan DN untuk ER pulang. Mau pulang pakai apa coba?! Transjogja saja harga tiketnya Rp. 3.000,- sekali jalan.

Ketika ER sudah ditinggalkan seorang diri, ia berusaha sekuat tenaga mencari pertolongan. Ia berjalan tertatih-tatih. Ketika ia berjalan mencoba mencari bantuan, ada seorang ibu yang lewat pakai motor. ER mencoba menghentikan ibu itu dan mencoba meyakinkan ibu itu bahwa itu baru saja disiksa DN. 

Awalnya ibu itu sempat tidak percaya dengan apa yang dikatakan ER. Maklum saja saat ini masyarakat kita sudah agak lebih hati-hati dan tidak mudah percaya ketika ada orang yang mengaku meminta bantuan. Takut diapa-apakan atau ditipu. Namun ER berusaha keras menyakinkan ibu itu dan akhirnya ibu itu pun bisa diyakinkan. Ibu itu hanya bisa mengantarkan ER hingga ke shelter Transjogja terdekat dari TKP karena ibu itu juga ada keperluan.

---------------------------------------------------------



http://statik.tempo.co/
http://statik.tempo.co/

 

Itulah kronologi penganiayaan yang dialami oleh teman saya sendiri. Kisah ini tidak dibuat-buat, namun memang benar-benar dialami oleh teman yang saya kenal. Kebetulan ER adalah perempuan yang cukup alim (rajin ibadah dan taat beragama), gak neko-neko, pokoknya baik deh. Bekas penganiayaan juga masih bisa terlihat di kaki ER sebagai bukti nyata penganiayaan yang dialaminya.

ER sudah menyampaikan apa yang dialaminya kepada pihak keluarga. Pihak keluarga sudah menghubungi DN dan mengatakan bahwa jika kejadian serupa terulang kembali maka pihak keluarga akan langsung melaporkan DN ke polisi.

Teman lelaki yang selama ini dekat dan menjalin hubungan dengan ER menjauh dan hilang kontak. Teman lelakinya ER itu sudah tidak ada kabar lagi semenjak kejadian yang dialami ER. Kuat dugaan bahwa DN mengancam teman lelaki ER untuk tidak lagi mendekati ER. 

---------------------------------------------------------- 

Kejadian seperti ini sungguh merupakan perbuatan yang sangat sangat tidak terpuji. Apalagi hal ini dilakukan oleh anak muda. Kejadian ini dilakukan DN dengan sangat mudah, tanpa paksaan dan dengan penuh kesadaran. Jika kita melihat kejadian ini tentu kita langsung menyimpulkan bahwa DN mengalami gangguan jiwa atau psikologis.

Motif utama penganiayaan ini dilandasi oleh perasaan tidak terima ketika cinta ditolak oleh perempuan yang mulai kita sayang. Ketika cinta ditolak maka dengan menganiaya orang yang sempat diutarakan perasaan sayang kepadanya sebagai jalan pelampiasan rasa kecewa. 

Motif seperti itu sungguh sangat tidak wajar dan tidak masuk akal. Bagaimana bisa cinta bisa berubah menjadi benci yang teramat dalam lantaran hanya karena alasan cinta yang ditolak. Cinta itu tidak bisa dipaksakan. Ini hanya masalah perasaan dan kecocokan alias chemistry. Masalah cinta juga terkait penyatuan dua hati antara dua manusia yang berbeda, tidak hanya berbeda jenis kelamin namun juga berbeda dalam banyak hal meliputi karakter, sifat, hobi, dan lain sebagainya. 

Perasaan cinta dan kasih sayang memang merupakan hal fitrah yang dirasakan oleh semua manusia. Ada perasaan cinta, ada perasaan untuk mencintai dan dicintai. Ada rasa sayang, ada rasa untuk menyayangi dan disayangi. Hal ini sangat manusiawi sekali dan tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan kita. 

Kita juga tidak dilarang untuk mengutarakan rasa cinta dan sayang kepada seseorang yang telah membuat hati kita ‘dag dig dug’ tak karuan. Agar orang yang kita ingin sayangi juga bisa memberikan cinta dan kasih sayang kepada kita, tentu dengan cara mengutarakan perasaan itu menjadi jalan yang sangat wajar dan harus dilalui.

Walau demikian, ketika rasa cinta dan sayang yang sempat kita utarakan kepada seseorang ternyata tidak berjalan mulus alias ditolak, kita seharusnya bisa menerima hal tersebut dengan lapang dada. Kita berhak untuk mengutarakan cinta kasih sayang kepada seseorang, begitu juga sebaliknya bahwa ‘si dia’ juga berhak untuk sekiranya tidak menerima cinta yang telah diutarakan. Sekali lagi, cinta itu tidak bisa dipaksakan. Cinta itu suci. Ketika kejadian seperti diatas, cinta menjadi begitu ternoda sehingga berubah menjadi benci dan rasa sakit. 

Cinta itu semestinya memberikan semangat kepada kita untuk berjuang. Berjuang untuk bisa mendapatkan hati dari orang kita ingin sayangi. Jika kesempatan awal dan pertama belum diterima, jika kita memang mencintai dia maka yang perlu kita lakukan adalah berusaha meyakinkannya agar ia bisa menerima cinta kita ketika telah melihat perjuangan yang kita lakukan. Begitulah sejatinya cinta itu harus dilalui. 

Semoga kejadian yang dialami Ade sara dan teman saya, ER, tidak lagi terjadi di kemudian hari. Semoga anak muda bisa mencerna akal sehatnya dengan baik. Semoga sifat dari cinta itu yang sejatinya suci mampu juga menyucikan hati dan logika kita sehingga tidak pernah terlintas dalam benak kita untuk menyakiti orang yang akan, yang sempat dan yang pernah kita cinta dan sayangi.

“Mencintalah dengan penuh suka cita. Temukanlah sosok yang tepat yang bisa mencintai dan menyayangi kita dengan penuh ketulusan. Sabarlah menanti kedatangan sosok yang sebenarnya telah ditentukan Tuhan untuk kita. Kita hanya perlu berusaha menemukannya. Bersabarlah dengan penuh keindahan. Tuhan itu sayang kepada hamba-Nya maka pasti Tuhan menyiapkan seseorang yang akan menyayangi kita dengan penuh kesahajaan nantinya.” (AFP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun