Mohon tunggu...
Akbar Hayqal
Akbar Hayqal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dari Universitas Padjadjaran Bandung

Saya memiliki hobi fotografi dan videografi serta sangat menyukai dunia otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Fenomena Suhu Dingin di Pulau Jawa: Terjaga dalam Kedinginan di Musim Panjang

17 Juli 2024   12:34 Diperbarui: 17 Juli 2024   13:01 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cuaca di Jawa. (Sumber: Freepik)

Selama beberapa pekan terakhir, Pulau Jawa, khususnya wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, merasakan fenomena suhu dingin yang tidak biasa di tengah  musim kemarau. Gelombang dingin ini telah mengubah suasana sehari-hari di daerah yang biasanya dikenal dengan cuaca panasnya menjadi luar biasa dinginnya terutama pada malam hari.

Di kota Bandung, misalnya, suhu malam hari bisa turun hingga 16 derajat Celsius menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan diprediksi akan terus berlangsung hingga bulan Agustus 2024 yang akan datang. Suhu yang jarang terjadi pada bulan Juli, pasalnya bulan Juli adalah puncaknya musim kemarau. Bahkan di kawasan pegunungan seperti Lembang, menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) suhu bisa menurun lebih drastis, mencapai 11,2 derajat Celsius. Fenomena ini mengundang perhatian warga dan ahli meteorologi yang ingin memahami penyebab di balik kondisi ini.

“Kondisi seperti ini disebabkan oleh Angin Monsun Australia yang bertiup menuju Benua Asia melewati Wilaya Indonesia dan perairan Samudera Hindia yang cenderung memiliki suhu permukaan laut lebih rendah (dingin)” ujar Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG.

Beliau menjelaskan bahwa Angin Monsun Australia ini memiliki sifat kering serta sedikit membawa uap air, biasanya terjadi pada suhu minimumnya yang akan terjadi pada malam haria. Selanjutnya mengakibatkan suhu udara di beberapa wilayah di Indonesia terutama wilayah bagian Selatan Khatulistiwa terasa lebih dingin.

"Orang Jawa biasa menyebutnya Mbedhidhing (bediding),” ujar Guswanto, Minggu (14/7/2024), dikutip dari Kompas.com.

Dampak dari suhu dingin ini terasa di berbagai sektor kehidupan. Di desa-desa pegunungan, petani sayur mengalami penurunan hasil panen karena tanaman mereka terkena embun beku. Sayuran akan layu dan tidak dapat dipanen dengan baik.

Di sisi lain, suhu dingin ini juga membawa berkah bagi sektor pariwisata. Hotel-hotel di kawasan wisata pegunungan mengalami lonjakan kunjungan karena banyak wisatawan yang ingin merasakan udara dingin dan pemandangan yang menakjubkan.

Meskipun suhu dingin ini menciptakan tantangan bagi beberapa sektor, ada juga sisi positifnya yang dapat dimanfaatkan untuk menarik perhatian wisatawan dan meningkatkan penjualan produk lokal. Selama fenomena ini berlangsung, masyarakat Jawa tampaknya akan terus menyesuaikan diri dan memanfaatkan kesempatan yang ada dalam suasana dingin yang tidak biasa ini.

Pada kondisi ini, pihak BMKG terus mengimbau masyarakat agar tidak panik dan tetap mengkonsumsi air putih secara cukup dan juga makanan dan minuman yang mengandung vitamin C yang tinggi dengan tujuan dapat menjaga daya tahan tubuh menghadapi suhu dingin yang ekstrem.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun