"Ya, saya kira semua orang tentu punya perjalanan karir politik dan sebagainya. Saya kira dengan modal kemaren di Jakarta kan termasuk debutnya, yang di politik termasuk menarik, menarik," Ujar Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (31/07/2017). Demikian pernyataan singkat Fadli Zon, wakil ketua DPR RI dari Partai Gerindra, terkait kiprah Agus Harimurti Yudhoyono di dunia perpolitikan Tanah Air.
Adalah wajar, jika sosok Agus Harimurti Yudhoyono, atau yang lebih nge-tren di panggil "AHY" tersebut, kini mendapat sorotan yang sangat bagus dari publik. Sejak menjalani debut politik di DKI Jakarta, nama AHY begitu melekat, kerap menjadi perbincangan, mulai dari kalangan masyarakat bawah, pemuda, kaum ibu-ibu, politisi, pengamat politik dan sosial, juga netizen di jejaring sosial tentunya.
Sewaktu menjadi salah satu pasangan calon pada kontestasi pemilihan umum di DKI Jakarta, AHY berpasangan dengan Sylviana Murni, mantan deputi gubernur dan ketua Kwarda  Pramuka DKI Jakarta. Pasangan ini dicalonkan oleh gabungan dari empat partai yaitu Partai Demokrat (PD), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Belakangan nama AHY semakin populer, terutama di mata anak muda, baik di Indonesia, bahkan dunia Internasional. Apalagi kalau bukan karena kiprah beliau yang begitu ciamik ketika menjadi salah satu pembicara kunci pada acara seminar kepemudaan di panggung dunia, pada bulan Juni lalu. AHY menjadi keynote speaker di Asian Pacific Confrence (ASPAC) Junior Chamber International (JCI) 2017 di Ulaabaatar, Mongolia.
Di ASPAC, AHY berbicara tentang perdamaian, bagaimana perdamaian itu mutlak harus diciptakan dan bagaimana Indonesia menjaga perdamaian sehingga dapat menjadi contoh dan menginspirasi Negara lain. Betapa bersemangatnya AHY mengikuti rangkaian seminar tersebut, bukan AHY namanya jika 'setengah hati' dalam melakukan suatu kegiatan. Apalagi, kesempatan seperti ini tidak datang setiap hari, tentu AHY tidak mau menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Bagaimana tidak? Pada usia yang relatif masih muda, yakni 38 tahun, AHY sudah dipercaya oleh dunia Internasional untuk berbagi pengalaman tentang perdamaian.
Aksi AHY ini mendapat sambutan positif dari masyarakat Indonesia, penampilan AHY mengundang decak kagum. Melalui sosok AHY, semangat perdamaian mengalir ke seluruh penjuru dunia, sedikitnya, JCI terafiliasi dengan lebih dari 120 negara. Sejak itu, nama AHY kian moncer sebagai figur perdamaian. Bahkan, melihat tingginya animo peserta di Mongolia, AHY juga diharapkan dapat membagikan visinya soal perdamaian di Markas PBB di New York, Amerika Serikat pada Agustus ini.
"Mas Agus adalah sosok pemuda Indonesia yang memiliki kapasitas serta kemampuan, konstribusinya mengenai perdamaian tidak perlu diragukan, sudah teruji, baik saat masih di militer, maupun saat kembali ke masyarakat sipil," Seperti yang disampaikan presiden JCI Indonesia, Jandi Mukianto dalam pesan tertulisnya, Senin, 12 Juni 2017.
Agus Harimurti Yudhoyono merupakan putera pertama Presiden Republik Indonesia ke-6, yakni Susilo Bambang Yudhoyono dan Kristiani Herawati. AHY genap berusia 39 tahun tepat pada tanggal 10 Agustus 2017 mendatang. Alangkah beruntungnya Partai Demokrat memiliki sosok pemuda tangguh yang sangat potensial menjadi seorang pemimpin bangsa, suatu masa nanti.
Seperti kita ketahui, di Indonesia saat ini sedang mengalami krisis kepemimpinan dari tokoh muda. Masyarakat sangat merindukan kehadiran seorang pemimpin perubahan dan berani, bukan hanya cakap memimpin, akan tetapi juga diharapkan mampu menyatukan seluruh umat di bumi nusantara ini. Sehingga tercapainya perdamaian secara menyeluruh dan tidak terjadi lagi pertikaian antar golongan.Â
Tidak heran, jika nama AHY kemudian digadang-gadang sebagai sosok yang sangat tepat menakhodai kapal besar bernama Indonesia Raya pada tahun 2019 mendatang, guna menapaki kejayaan bersama. Wacana ini semakin menguat paska pertemuan Prabowo Subianto dan Susilo Bambang Yudhoyono di Puri Cikeas beberapa waktu lalu. Pertemuan dua tokoh bangsa yang terhelat di kediaman SBY itu kemudian dikenal dengan istilah diplomasi nasi goreng, mengingat pertemuan ini sangat sederhana, namun sarat makna.
Selain membahas berbagai persoalan yang tengah dihadapi bangsa, SBY-Prabowo juga mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia kedepan, terutama soal kepemimpinan. Disini, nama AHY kembali disebut sebagai the next leader of Indonesian. Tidak sedikit yang mengatakan, bahwa AHY berpeluang mendampingi Prabowo pada pemilihan umum serentak tahun 2019.