Mohon tunggu...
Akbar Fadillah
Akbar Fadillah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Saya adalah semua tapak kaki yang telah saya tinggalkan di sepanjang hamparan waktu: Saya adalah apapun yang telah saya lakukan. Tapi barangkali kalimat itu sama sekali tidak praktis untuk menggambarkan diri saya. Jadi, baiklah. Saya diberi nama Akbar oleh kedua orang tua saya, meskipun nama tersebut sekilas kontradiktif dengan kondisi fisik saya (yang kurus dan pendek). Jadinya nama saya ditambahi Fadillah, yang bermakna Keutamaan atau Keunggulan. Semoga saja makna keseluruhan dari nama itu benar-benar terwujud dan menjadi bagian dari identitas saya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Soneta: Pertemuan

5 Oktober 2024   19:00 Diperbarui: 5 Oktober 2024   20:54 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

siapa yang berhak menamai angin
yang mengigit dan kabut putih yang berarak
di musim ini? Siapa pula berhak menentukan
dengan frasa apa kita disebut?

gerutumu, ketika kita duduk di pojok
kabin kecil itu. Seolah bisa terasa
jejakku di atas debu-debu putih
hendak membeku. Berapa nama lagi

harus mengabur dalam badai matamu
-- mengabur seperti namaku?
: mari kita namai pertemuan ini
Musim Dingin dan kabin ini Kuburan-ku

Sedang kau, kekasihku, akan kunamai
Sunyi yang menyekap unggunan api

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun