Mohon tunggu...
M Akbar Ershando Dwi Putra
M Akbar Ershando Dwi Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Pekerjaan Sosial

Mahasiswa Program Studi Pekerjaan Sosial yang tertarik di bidang praktek makro dan isu sosial lingkungan serta tergabung di Askara Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Bandung

Lilin Ekonomi Desa, Aksi Nyata Warga Buniara Subang Kelola Limbah Minyak Jelantah Melalui Aksestumi

27 Januari 2025   17:55 Diperbarui: 28 Januari 2025   15:59 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebakaran di TPA Sarimukti

Tahun 2023 masyarakat Jawa Barat mengalami bencana non-alam yang  sangat serius dan menyangkut tentang sampah. Sederet peristiwa yang  terjadi mulai dari terbakarnya TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Sarimukti, menumpuknya sampah di jalanan, dan lingkungan yang kotor serta bau busuk. Rentetan peristiwa tersebut terjadi secara berkaitan yang mana penangannya harus dari tahap paling awal dan dari hal paling kecil. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah sampah di Indonesia pada 2022 mencapai 19,45 juta ton dengan jenis sampah tertinggi yakni sampah sisa makanan dan sampah plastik. Sebagian besar dari jumlah tersebut tidak didaur ulang, yang kemudian menyebabkan kerusakan lingkungan dan terjadinya emisi karbon. Di Indonesia sendiri diperkirakan sebanyak 85 ribu ton sampah dihasilkan per harinya, dengan perkiraan kenaikan jumlah dapat mencapai 150 ribu ton per hari pada tahun 2025. Jumlah ini didominasi oleh sampah yang berasal dari rumah tangga, yang berkisar antara 60% hingga 75%. Sementara itu, berdasarkan data dari Indonesia National Plastic Action Partnership yang dirilis April 2021, setiap tahunnya Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik dan 9%-nya atau sekitar 620 ribu ton masuk ke sungai, danau, dan laut.

Berangkat dari isu, keresahan, serta dampak yang dirasakan dari permasalahan sampah tersebut, masyarakat Desa Buniara Subang dan mahasiswa Poltekesos yang tergabung dalam Aksestumi (Aksi Poltekesos Untuk Bumi) bersama mencari solusi serta melakukan aksi yang efektif dan efisien untuk menangani permasalahan tersebut. Sebuah pikiran yang inovatif yakni limbah rumah tangga minyak jelantah yang dulu keberadaannya tidak dipandang, dibuang, serta kurang bernilai ekonomi disulap oleh masyarakat Desa Buniara Subang melalui Aksestumi menjadi sebuah produk hasil dari daur ulang berupa lilin aromaterapi yang dinamai LED (Lilin Ekonomi Desa). Membawa semangat dan slogan ”Bersama Buniara, Ramah Lingkungan, Menyala Harapan“, LED ini merupakan aksi nyata masyarakat Desa Buniara Subang untuk mengurangi jumlah produksi sampah atau limbah rumah tangga di Desa Buniara.

Lilin Ekonomi Desa/Dokumentasi Aksestumi
Lilin Ekonomi Desa/Dokumentasi Aksestumi

Sebelum pada hasil akhir, masyarakat Desa Buniara bersama mahasiswa Poltekesos yang tergabung dalam Aksestumi melakukan diskusi yang dimana ini memunculkan temuan-temuan berupa masalah, potensi, serta keinginan masyarakat Desa Buniara. Desa Buniara yang dulunya merupakan Desa Wisata namun mati suri dikarenakan covid berharap untuk bisa hidup kembali. Desa wisata yang bagus tentunya tidak jauh dari pengelolaan kebersihan yang baik. Munculnya ide daur ulang minyak jelantah ini selain untuk mengurangi limbah rumah tangga juga untuk menjadi sebuah produk/cinderamata yang dapat pengunjung bawa sebagai oleh-oleh dari Desa Buniara. Pada tahap selanjutnya, masyarakat Desa Buniara diberikan pelatihan selama 1 hari mengenai cara membuat lilin aromaterapi dari minyak jelantah dan juga pengenalan mengenai nilai ekonomi serta manfaat dari produk tersebut. Tahap ini berfokus pada pengetahuan dan kemauan masyarakat Desa Buniara mengenai daur ulang lilin aromaterapi.

Tidak hanya berjalan  1 hari pada tahun itu, LED terus dikembangkan dan diteruskan produksinya oleh masyarakat Desa Buniara. Monitoring dan evaluasi terus dilakukan hingga pada tahun 2024 di bulan September Aksestumi kembali dengan melanjutkan tahapan yakni MAMPU dengan harapan masyarakat Desa Buniara mampu berdiri menjalankan serta mengembangkan produksi bahkan bisa memberikan pengaruh terhadap desa-desa sekitar untuk ikut melakukan aksi nyata kurangi limbah rumah tangga minyak jelantah.

Pembuatan Lilin Aromaterapi/Dokumentasi Aksestumi
Pembuatan Lilin Aromaterapi/Dokumentasi Aksestumi

Pembuatan lilin aromaterapi ini cukup mudah dan kamu bisa membuatnya sendiri di rumah. Bermodalkan minyak jelantah sebagai bahan utama yang telah dijernihkan menggunakan bleaching earth, stearin, aromaterapi, gelas atau wadah, dan sumbu lilin. Setelah dibersihkan, campurkan minyak jelantah dan stearin dengan perbandingan ½ di dalam panci atau wadah lalu panaskan dengan api kecil. Setelah itu matikan dan campurkan dengan aromaterapi. Setelah proses pencampuran selesai, masukan campuran tersebut ke dalam wadah yang sudah ada sumbu lilin di dalamnya. Cukup mudah dan simpel bukan? Yuk ikut beraksi untuk mengurangi limbah rumah tangga minyak jelantah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun