Mohon tunggu...
Akbar Endra
Akbar Endra Mohon Tunggu... Politisi - Penulis dan Politisi.

Mengamati sambil menulis yang penting diketahui dan didiskusikan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Tanpa Jimat

10 September 2018   08:27 Diperbarui: 10 September 2018   12:08 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun politik yang mencapai puncaknya pada 17 April 2019 nanti, sungguh semakin banyak gesekannya. Mulai dari gerakan #2019GantiPresiden hingga pada gerakan #2019HarusNikah menjadi suguhan menarik. Baik di media massa maupun dalam debat atau selingan meme di media sosial.

Agenda demokrasi melalui proses suksesi langsung untuk menghadirkan pemimpin: Presiden hingga Anggota MPR- DPR, DPD dan DPRD usungan Partai Peserta Pemilu 2019 diwarnai dengan perebutan simpati rakyat sebagai pemilik suara yang akan menentukan siapa bakal mereka percaya mengurus negeri tercinta ini, ke depan.

1000 cara akan digunakan para politikus agar mereka mendapat mandat rakyat di bilik suara nanti. Ada yg mengandalkan basis keluarga dan warga kampungnya, ada juga yang hanya mensosialisasikan visi dan misi lalu menjanjikan harapan, ada pula yang menyiapkan amplop bersisi uang yang akan dibagikan kepada pemilih (money Politik) utk meraih kursi-kursi politik yang diperebutkan.

Bahkan, ada juga yang blusukan menjabat tangan rakyat dan mengajak mereka bersama mengisi ruang kekuasaan dengan cara memilihnya sebagai calon anggota parlemen.

Itu semua lumrah. Tapi yang sedikit mengganggu batin saya, adanya sejumlah politisi yang mendatangi dukun dan memaksakan nasib mereka diramal pada akhir tahun politik nanti. Petunjuk dukun ini tentu umum-umum saja. Agar dipilih rakyat dan meraih jabatan terhormat nanti, harus melalui syarat yg sesuai disyaratkan sang dukun. Syarat itu, sadar atau tidak, telah menyembelih iman di dada para politisi yg memercayai dukun.

Di sebuah warkop di tepi kota Barru, saya ngopi bersama keluarga. Seorang mantan "garong" mendatangi saya dan memperkenalkan seorang kawannya. Menatap wajah saya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ngeri juga.

Lalu ia memperkenalkan kawannya, yang mengaku sebagai orang pintar dan memiliki ilmu supranatural. Tapi ia tak ingin disebut sebagai dukun.

"Pak AE, setelah saya lihat fotonl Anda dan membaca aura di wajah anda, peluang Anda terpilih sangat besar!" Kata pria yang mengaku supranaturalis itu.

Saya diam dan membiarkannya bicara banyak. Karena apa yg diucapkan bagi saya biasa saja. Pilihan katanya juga lazim, semua org punya peluang, tapi harus ada usaha. Logika batin saya menjawab dalam hati.

"Hanya saja Pak AE, Anda punya saingan banyak. Kalau mau terpilih saingannya itu harus Pak AE kalahkan mereka!"

Dalam hati saya tertawa. Bibir saya tersenyum. Logika supranaturalnya betul, ada saingan atau lawan dan kalau mau menang mereka harus saya kalahkan. Itu Pasti. Anak kecil juga tahu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun