Mohon tunggu...
Idil Akbar
Idil Akbar Mohon Tunggu... -

Ordinary Person... Hanya berpikir dan bertindak memberi manfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden Hanya Simbol Negara, Bukan Substansi

29 Maret 2012   14:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:18 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Presiden memang simbol negara. Tapi sebagai simbol negara, dia tidak sama dengan simbol-simbol negara lainnya. Simbol lain adalah benda mati, ideologi, lambang negara dan bersifat "benda mati" dan merupakan hasil karya tertinggi dari founding fathers negara ini. Tapi presiden, dia adalah orang, hidup, berpikir, berhati nurani dan memiliki kekuasaan untuk menetapkan kebijakan. Dan jangan lupa bahwa Presiden merupakan simbol terakhir dari seluruh simbol yang ada dan menjalankan apa yang telah ditetapkan oleh simbol tertinggi lainnya, seperti Pancasila, UUD 1945, dan sebagainya.

Para politisi busuk dan penjilat serta tak ingin lepas dari kekuasaan mungkin lupa bahwa negara ini tersusun dari komponen penting, yakni rakyat sebagai substansi dasar. Sementara status Presiden hanyalah jabatan dan esensi dasar dari itu hanyalah pelayan rakyat. Lalu kenapa simbol berstatus Presiden ini dianggap layaknya tertinggi diantara simbol-simbol lain? Bahkan dikesankan seolah lebih tinggi dari substansi. Bagaimana mungkin simbol mengalahkan substansi?

Ketika rakyat mengkritik, menghujat dan memprotes Presiden janganlah mudah mengatakan bahwa rakyat tidak menghargai simbol negara. Konteks ini rakyat memprotes, mengkritik dan menghujat kekuasaan yang melekat pada dirinya, memprotes kebijakan yang menjadi kewenangannya dan mengkritisi caranya dalam menjalankan kekuasaannya sebagai Presiden. Apakah rakyat pernah menghujat, mengkritik dan memprotes simbol-simbol lain dalam persoalan substansi masalahnya dan bukan pada simbolismenya?

Ini sedikit-sedikit ketika ada pertentangan terhadap Presiden dikatakan tidak menghargai simbol negara. Bagaimana mau menghargai, jika sang simbol sendiri selalu menentang keinginan dan harapan dari substansi negara, yakni rakyat. Jika memang tetap ingin konsisten dengan penerapan demokrasi dalam bernegara, maka laksanakanlah secara konsisten. Negara ini memang bukan negara ketuhanan yang pemimpinnya adalah para wali atau monarki absolut yang dipimpin oleh seorang raja absolut. Muak rakyat dengan simbolisme Presiden yang tak memahami arti dari apa dan bagaimana posisi Presiden sebagai simbol negara.

Janganlah simbol berlaku kejam pada substansi negara, yakni rakyat. Apakah perlu menggunakan aparat yang sebetulnya alat negara saja untuk merepresi rakyat hanya untuk melindungi simbol seorang dan "membantai" rakyat yang menjadi substansi penting negara? Rakyat juga membutuhkan simbol yang tegas, tak mudah mengeluh hanya karena "persoalan tomcat" yang bikin nyeri hati dan mengancam diri dan keluarga.

Karena itu, jangan tempatkan simbol negara yang ada pada Presiden pada pemaknaan yang keliru sehingga mempertentangkan arti dari simbolisme negara itu sendiri. Simbol akan lebih banyak berperan ketika rakyat dan negara ini berhadapan dengan negara lain. Namun, simbolisme presiden tak akan ada gunanya jika dihadapkan pada rakyat sendiri.

HORMATI RAKYATMU SENDIRI JIKA INGIN DIHARGAI SEBAGAI SIMBOL NEGARA!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun