Mohon tunggu...
Akbar Fahmi
Akbar Fahmi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Bercita-cita menulis buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cara Skrining Plagiarism

22 Juli 2013   15:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:12 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dua tahun menjadi ketua forum ilmiah mahasiswa di almamater membuat saya beberapa kali terlibat sebagai decision maker kompetisi ilmiah tingkat nasional, AMASTIGOT (Airlangga Medical Scientific Writting Competition). Bertindak sebagai panitia kompetisi ilmiah tentu tidak mudah. Panitia harus menjaga betul kualitas penilaian setiap naskah ilmiah yang masuk ke sekretariat lomba. Hal yang paling ditakutkan saat itu adalah lolosnya naskah-naskah hasil plagiat sampai ke babak final atau bahkan menjadi juara. Maklum, saat itu isu plagiarism sedang booming dan sedang seksi-seksinya.

Panitia bekerja keras untuk mencegah lolosnya naskah-naskah plagiat di final kompetisi karya ilmiah tersebut. Kami mengembangkan tiga metode untuk mencegah hal tersebut.

1. Konsultasi Pakar

Setiap naskah yang masuk ke meja sekretariat akan direview oleh para penyelia yang merupakan pakar di setiap bidangnya. Misalnya saat itu tema lomba adalah penyakit infeksi, maka setiap naskah yang masuk akan direview oleh para pakar penyakit infeksi dan dipilih 10 naskah terbaik yang akan dipresentasikan di babak final. Selain untuk menilai naskah yang masuk, konsultasi pakar juga berguna untuk skrining plagiarism ide. Para pakar adalah orang yang relatif up date perkembangan di bidang spesialistik sehingga potensi deteksi plagiarism ide lebih mungkin untuk diungkap.

2. Software Deteksi Plagiarism

Skrining plagiarism ide oleh para pakar masih memiliki potensi yang cukup besar untuk "ditembus" naskah-naskah plagiat. Sehingga panitia membutuhkan metode lain yang lebih computerized untuk mendeteksi plagiarism kata-kata pada sebuah naskah. Ada begitu banyak software gratis maupun berbayar di Internet yang bisa digunakan, contohnya: Chimpsky, plagium, copyscape dan sebagainya. Sangat mengejutkan bahwa ternyata cukup banyak naskah yang mengutip penuh kata-kata yang dituliskan oleh orang lain, meskipun menuliskan sumber kutipannya. Hal tersebut kurang dibenarkan dalam penulisan sebuah teks ilmiah. Kutipan yang dibenarkan adalah parafrasing atau mengutip gagasan namun dengan kata-kata sendiri dan mencantumkan sumber kutipan. Hal tersebut mungkin dikarenakan ketidaktahuan para penulis naskah.

3. Lembar Pernyataan Keotentikan Naskah

Panitia sangat menyadari bahwa dua metode tersebut diatas mungkin tidak sangat sempurna untuk mendeteksi plagiarism sehingga jalan terakhir adalah setiap naskah yang dikirim harus menyertakan lembar penyataan otentisitas naskah yang ditandatangani penulis dan disertakan materai 5000. Dalam lembar tersebut penulis harus bersedia gelar juara yang didapat diambil kembali oleh panitia bila terbukti melakukan plagiarism.

Demikian pengalaman yang dapat kami bagi untuk melacak plagiarism pada sebuah event kompetisi ilmiah nasional. Semoga pengalaman tersebut juga dapat bermanfaat untuk memeberangus plagiarism di perguruan tinggi maupun di ranah social blogging.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun