Hallo semuanya, kembali lagi bersama saya dalam bacaan Kompasiana. Pada malam ini, saya akan membahas teori yang bernama Spiral of Silence dalam dunia politik. Apa itu Spiral of Silence? Spiral of Silence adalah teori dimana adanya ketidakberanian memiliki pendapat berbeda karena takut dikucilkan. Bagaimana kaitannya dengan dunia politik? Simak penjabaran saya berikut ini.
Pasti kita sering mengalami keadaan dimana pendapat kita cenderung terbalik dengan apa yang ada pada umumnya, namun kita acap kali merasa pasrah akan hal tersebut. Dalam politik hal itu juga berlaku. Contohnya, tak lain tak bukan, Pak Ahok. Siapa yang tak kenal dengan pahwalan berjubah kotak-kotak ini? Apa kaitan Pak Ahok dengan teori ini?
Setiap pahlawan pasti punya musuh bebuyutan bukan? Dalam kali ini, tentu saja Pak Anies. Sebelumnya Pak Anies terang-terangan merangkul kubu FPI, yang sangat kontra dengan Ahok karena Ahok berbeda keyakinan dengannya. Tapi yang baru-baru ini beredar, kubu Anies juga merangkul Harry Tanoesoedibjo, yang notabene juga berbeda keyakinan. Mengapa Ahok diam?
Ternyata teori ini berlaku juga untuk orang sekaliber Ahok. Menurut saya, Ahok terkena teori ini. Ahok takut jika ia membuka mulut, maka masalah-masalah beliau akan di eksploitasi. Ahok lebih baik bungkam dan mencari aman.
Ahok seharusnya bisa saja berkoar mengenai masalah diskriminasi bersampul agama ini, namun ia dingin menghadapi hal ini, seolah sudah kenyang dengan hal tersebut. Ahok khawatir, jika ia justru berkoar, tim Anies akan menggiring kembali opini-opini publik dengan serangkaian retorika khas Anies.
Semoga Indonesia khususnya DKI bisa lebih mencermati bagaimana teori ini berkembang. Ahok bukan diam karena tidak tahu, namun ia sengaja diam agar orang mengira ia tidak tahu. Mengapa? Agar masalah yang lalu-lalu tidak kembali diungkit-ungkit. Bingkai berita dari kubu Anies selalu negatif tentang Ahok.
Inilah akhir dari opini yang saya utarakan malam ini. Semoga dengan anda membaca opini saya ini, anda sedikit terbuka dengan apa yang terjadi dalam politik menuju pilkada DKI ini. Sekian.
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H