Ini adalah artikel kedua saya di kompasiana, setelah artikel terdahulu saya mengenai pilkada, sekarang saya akan beropini dengan topik harapan saya untuk daerah kampus saya, Semanggi. Harapan saya terbilangbanyak, begitu banyaknya sampai terkesan tidak realistis bagi kawasan super padat ini. Baiklah, saya akan sedikit memberi opini saya untuk Semanggi kedepannya.
Kemacetan masih menjadi aktor utama dalam artikel ini. Bagaimana tidak, saya yang tinggal di Depok harus menempuh perjalanan ke Semanggi kurang lebih satu setengah jam dengan kendaraan roda dua itupun jika jalanan tidak terlalu ramai. Roda empat? Saya nyengir saja. Harapan saya, polisi lalu lintas dibantu dinas perhubungan bisa tegas menindaki bus-bus yang menunggu penumpang disekitar kawasan Semanggidan kampus, karena itu sangat mengganggu akses masuk kampus jika melewati Kuningan.
Kedua, saya berharap sekali kawasan Semanggi memiliki rumah kos-kosan khusus mahasiswa agar harganya terjangkau. Bagi saya, menjadi anak kos-an adalah solusi bagi saya yang berdomisili jauh ini, namun pada akhirnya saya juga mengurungkan niat saya setelah melihat pasaran harga rumah kos-kosan di kawasan Semanggi yang mahal.
Semanggi sangat identik dengan kawasan perkantoran, sehingga gedung-gedung tinggi menjadi ikon di kawasan ini. Apa yang kurang? Seni. Menurut saya kawasan Semanggi kekurangan kreativitas. Saya ingin sekali melihat tempat bermain di sekitar kampus, seperti skatepark, art gallery, atau taman olahraga.
Saya pernah beberapa kali mendengar ada kasus pelecehan seksual yang menimpa mahasiswi kampus saya. Peristiwa tersebut terjadi di tempat yang sama pula, yaitu jembatan penyebrangan orang. Menurut saya, hal itu terjadi karena kurangnya penerangan disekitar sehingga para pelaku leluasa. Jadi saya berharap agar pemprov DKI memperbaiki penerangan bukan hanya di jembatan penyebrangan orang, tetapi diseluruh kawasan Semanggi.
Harapan saya juga, para aparatur negara mau memahami rakyatnya lewat media sosial seperti kompasiana ini. Karena menurut saya, opini akan selamanya menjadi opini apabila pihak negara tidak melihat kegunaan dari kompasiana. Canggih sekali apabila kompasiana bisa membuat serta opini-opini ini, menjadi artikel yang bisa diakses oleh yang berkepentingan.
Terakhir saya tutup dengan apresiasi. Saya sangat mengapresiasi penurunan pesat pada kasus banjir di kawasan Semanggi ini. Jika dahulu kampus saya terkenal dengan banjirnya, hingga kini saya baru sekali merasakan dampak banjir tersebut, yaitu hari selasa tanggal 21 Februari lalu. Much respect. Sekian.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H