Mohon tunggu...
abubakr saleh
abubakr saleh Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa geologi yang tak lulus lulus, tapi mempunyai ambisi menjadi penulis handal...doa para pembaca sangat berperan disini...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Gila

2 April 2015   21:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:36 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Gila

Prilaku gila sudah pasti membuat orang-orang normal merasa tak nyaman. Walaupun ditertawakan diawal mula, tapi akan risih kalau kelamaan. Mereka bau, lusuh, berisik. Prilaku kegilaan adalah lawan dari kenormalan yang senantiasa berada di rumah, tidak kelayapan, bersih raga, takut, dan tak mau ditertawakan, hanya nyaman menertawakan.

Lihat PK (pikey). Segera ia dikatakan pikey, yang bermakna gila, mabuk atau slebor. Tak risau dikatakan seperti itu, hanya karena kelayapan tanpa malu demi menemukan Tuhan. Orang normal menertawakannya. Hanya karena gaya pencariannya yang tak mereka setujui. Walau belum tentu Tuhan rela ditemukan oleh orang-orang normal itu. Maka, bila tak ingin dikatakan pikey, janganlah sekali-kali kelayapan tanpa memakai atribut sandang yang membuat anda disanjung, walau anda dikatakan pemalas.

Orang gila adalah orang yang berjalan tanpa henti. Semangatnya membara. Ia mengais tanpa segan tempat tempat yang orang normal tak sudi walau hanya melirik. Dunia seperti rumah tanpa batas, yang disetiap sudut, tepi, tengah, dimanapun itu ada barang barang yang layak dikeruk. Bagi mereka, itu seperti sebait kalimat yang menambah isi otak, menenangkan. Tak peduli dari selokan mana ia temukan.

Penasaran. Itulah kuncinya. Orang-orang normal terkadang menyebutnya dengan keren, curiousity. Walau keren, orang normal jarang memakainya. Sudah merasa cukup dengan apa yang ada dirumah. Lalu tinggal menertawakan orang gila yang mengais kelebihan di parit-parit. Ketika orang gila menyodorkan properti yang dimilikinya, tak sudi orang normal menerimanya, sembari mengejek mengatakan gila. Padahal kebutuhan orang normal kepada properti itu sudah memasuki akal.

Kegilaan membuat ketidakpedulian terhadap segala macam ejekan. Mereka taunya hanya berjalan. Bekerja. Keluar rumah. Keluar dari bingkai yang mengikat dan tersekat serta terbatas. Mereka tak puas terkungkung. Berkelana merangkai hikmah yang sengaja diceraiberaikan.

Terkadang mereka bernyanyi. Berisik. Walaupun tempo telah selaras. Yang disukai orang normal harus sesuai dengan panji-panji yang dikibarkan mereka, yang alunan musiknya katanya penuh rrahmah. Ditelinga orang gila, nyanyian mereka hanya menimbulkan kepiyungan, eh kepuyengan semata. Makanya disebut gila karena tak berjalan mengeja hidayah Allah atau hidayatullah.

Banyak prilaku orang yang layak disebut gila. Walau saraf tak sejatinya melilit, orang jatuh cinta akan dikatakan tergila-gila. Kearifan yang tinggi juga dijatuhi gila, ketika tak dijangkau orang-orang normal. Makanya muncullah si majnun. Dan kenalnya kita dengan para sufi yang sepanjang hidupnya berprilaku tak normal.

Pada suatu hari Rasulullah SAW. melewati sekelompok sahabat yang sedang berkumpul. Rasul SAW bertanya kepada para sahabat sedang apa mereka berkumpul. Para sahabat menjawab, ‘Ya Rasul, ini ada orang gila yang sedang mengamuk. Karena itu kami kumpul di sini.’

Rasul SAW bersabda, ‘Orang ini tidak gila. Ia sedang mendapat musibah.’
Rasul SAW bertanya lagi, ‘Tahukah kalian siapakah orang gila yang benar-benar gila?’
Para sahabat menjawab, ‘Kami tidak tahu.’

Lalu Rasul menjelaskan, ‘Orang gila adalah orang yang berjalan dengan sombong, yang memandang orang dengan pandangan yang merendahkan, yang membusungkan dada, berharap akan surga sambil berbuat maksiat kepada-Nya, yang kejelekannya membuat orang lain tidak aman dan kebaikkannya tidak pernah diharapkan.
(HR Imam Muslim)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun