Rintik Ilahi
terik muali berlalu
ketika mentari mulai meuju peraduan
disana di kamar sepia nan dingin aku tertunduk lesu
perut yang kosong karena kewajiban
mebembuat diri semakin gelisah
terduduk diara lorong kosong
tanpa kawan atau lawan
hanya desir angin yang terdengar bernyanyi sayup
ketika gejolak semakin memuncak
terbesit dihari untuk mendustai diri
dengan berlalri lalu ersembunyi
mencoba kabur demi terapai nafsu diri
ketika kaki mulai melangkah
hendak berlari demi tercapai gelora dalam hati
namun dari jauh terdengan ribuan kaki tengah berlari
menghampiriku yang menadakna kepala di atas lemari
ripanya kaki- kai hujan telah berpacu
menghantam umi yang sepia sedari tadi
rupanya rintik-rintik ilahi
ikut menagis melihatku sudah menyerah pada diri sendiri
ketika itu aku tersadah
rupanya ini hanya cobaan sang ilahi
yang mengingatkanku untuk tabahkan hati
mennagis merap akan kesalahan ini
hanya ini ucapku untuk memohon maaf pada ilahi.
karya: casrono
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H