Jika dalam sejarah “ketuhanan” Yunani kalian pernah mendengar nama dewa yang begitu dipuja dan dipuji yaitu Dewa Zeus. Tentu kalian pernah mendengar kisah kelam yang menimpanya yaitu ketiaka ia menyukai salah satu ciptaanya. Karena kalau tidak salah salah satu tugas dewa ini adalah menciptakan manusia. Ketika itu Zeus mencintai seorang permaisuri dari sebuah kerajaan yang terkenal cantik jelita. Akibat bujukan nafsunya yang tak terkendali iya rela malekukan perbuatan hijna yang mengakibatkan sang permaisuri dan calon bayinya dibuang kelaut oelh sang raja. Dari kisah ini jika kita mengbil “sisi negativnya” kita dapat menyimpulkan bahwa “tuhan” saja bisa melakukan perbuatan hina dan hapir bisa dikatakan perbuatan “banci” kalau bahasa saya.
Bukan saya mengajak kita myakini bahwa yang namanya dewa itu adalah tuhan yang sejati tapi saya hanya mau bertanya jika iya lalu bagaimana dengan kita?. Jika ditelaah secara harfiah kita ini hanya manusia biasa yang bisa dikataka “kita ini ciptaanya” tetu kita sangat berpotensi untuk melakukan kesalahan yang lebih parah bukan?. Coba kita telaah jangan terlau jauh tapi pada saat ini saja dizaman kita. bayak kasus yang mengenai pelecehan yang tidak sedikit melibatkan orang- orang yang justru kita cap sebagai “orang suci”.
bukan saya mau mejelekan seseorang atau sebuah profesi tapi dewasa ini jusrtu kebanyakan orang yang berproesi “baik” malah melakukan hal yang buruk. Saya rasa ini bukan rahasia lagi melaikan fakta nyata saat ini. Banyak guru yang seharusnya bertugas dan diberi tanggung jawab mendidik malah eralik melakukan perbuatan tak mendidik. Semisal melakukan pelecehan pada peserta didik, melakukan kekerasan dan bahkan yang parah memerkosa anak didiknya sendiri. Jika kita masih bertanya “apa iya?” maka itu berate kita tak pernah mengerti lingkungan kita dan kalo bahasa saya ini adalah tindakan “banci”.
Lalu yang lainya missal tokoh spiritual, orang yang selalu menjadi panutan bahkan sering dianggap sui karena selalu dekat dengan tuhan atau yang lainya. Tidak bisa dihindarkan dari perbuatan hina. Contohnya dibeberapa media banyak yang meberitakan tentang pelecehan yang dilakukan oleh mereka. Mulai dari orang yang mau berkonsultasi kepada dia, yang mau berobat atu bahkan orang terdekatnya sendiri menjadi sasaran kebejatan. sekali lagi jika saya memaknai ini maka saya katakan ini adalah salah satu perbuatan yang sangat “banci”.
“Banci” yang saya maksud disini bukan orang yang memiliki kelainan pisikologisnya atua apanya itulah. Melainkan “banci” yang saya maksud disini adalah sebuah perbuatan hina yang seharusnya tidak dilakukan oleh mereka. jika boleh saya berargumen banyak orang yang bilang bahkan hampir semua orang tahu katanya ”manusia itu memang tempatnya salah dan dosa”. Jika dikaitkan dengan agama ini memang benar namun jika kita telaah secara fakta apa iya kita sebagai manusia harus selalu melakukan dosa dan baru sadar stelah kita puas?. Tntu saja seharusnya tidak, laul bagaimana jika “tuhan” saja bisa melakukan salah seperti cerita dewa diatas tadi, kita manusia wajar bila melakukan itu!. Wajar jika banyak orang menyatakan hal ini tapi apa iya kita akan selalu seperti itu? ini pendapat saya lalu bagaimana dengan kita? Tuhan saja bisa jadi “banci” hmmmm .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H