Mohon tunggu...
Adi Mawardi
Adi Mawardi Mohon Tunggu... -

Lawan ketidakadilan!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesantren Salaf: Pahlawan Pendidikan yang Dilupakan!

9 Juni 2013   09:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:19 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah mencatat bahwa pesantren adalah institusi pendidikan “orisinil” bangsa kita. Dalam perkembangannya, pesantren mengalami berbagai perubahan sesuai tuntutan jamannya. Sehingga pada masa kini terdapat dua model pesantren, pertama pesantren salaf, kedua pesantren kholaf (modern).

Sering kita terpukau oleh lulusan pesantren modern yg fasih berbahasa inggris/arab, menjadi politisi, mentri dll sehingga pesantren model pertama (salaf) seolah kalah pamor bahkan dilupakan perannya. Itulah yang menjadi keprihatinan kita atas mulai hilangnya “identitas lokal” yang seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah.
Pesantren salaf dikesankan dengan wong cilik, ndeso, kolot dan tidak jamani. Stigma ini seakan menjadi nyata dengan melihat kondisi geografisnya yang berada di desa, sebut saja nama lasem, rembang, lirboyo, ploso dan manonjaya. Mereka jauh dari hiruk pikuk “kemajuan” jaman dan sebagian besar santrinya orang daerah bahkan masyarakat kelas bawah.

Lalu kenapa mereka bisa menjadi pahlawan pendidikan? Inilahnya jawabannya :

1. Medidik santri/siswa menjadi pribadi yang mandiri, mereka tidak mengeluarkan ijazah (shahadah), bagi mereka ijazahnya adalah ilmu dan keterampilan. jadi jangan kawatir mereka tidak akan membebani negara untuk menggaji mereka karena “nihil ijazah”, “piye arep dadi PNS wong ra ndue ijazah”. Mereka di didik untuk mandiri, selain mempelajari kitab salaf, juga diajari life skill, ambil contoh di pesantren manonjaya tasikmalaya, mereka diajari budidaya ikan air tawar, bertani, berkebun dan beternak ada juga menjahit. Mereka memilih jalur lain yaitu berwirausaha, jadi untuk yang punya ijazah tenang saja kuota PNS dan karyawan swasta tidak akan berkurang dengan kehadiran lulusan pesantren salaf.

2. Melahirkan generasi soleh, harus diakui pergulatan keilmuan di pesantren salaf dan kegiatannya tidak jauh dari ngaji dan beribadah, sehingga landasan berprilaku dan bersikap akan dilandasi oleh nilai-nilai agama. Ada beberapa keunikan tata nilai di pesantren salaf yang tidak akan ditemukan dalam sistem pendidikan moderen contohnya mereka sami’na wa ato’na (nurut dan patuh) sama guru (kyai/ustaz) ala pesantren yg terinspirasi dari kitab kecil powerfull bernama “taklim mutaallim”. Mereka juga ihtiyat (berhati-hati) dalam bermuamalah,
Jujur dalam bersikap dan sederhana dalam berprilaku.

3. Melahirkan genersi penjaga NKRI, anda mungkin baru sadar setelah menonton film “sang kyai” akan pentingnya peran santri bagi bangsa ini, padahal itu hanya sebagian kecil saja yang terekspos. Coba anda lihat ke kampung/pedesaan “the real hero” utuhnya NKRI adalah lulusan pesantren salaf, coba lihat ribuan kyai/ustaz kampung yg rela mendidik bocah-bocah kampung mengaji tanpa dibayar, jadi tempat bertanya dan pemberi solusi masalah keseharian masyarakat, mengayomi rakyat kecil tanpa kepentingan tanpa pamrih dan tanpa ingin diberi penghargaan. Mereka ini penjaga NKRI sesungguhnya ditengah arus disintegrasi, dan ideologi trans nasional yang terkadang menolak pancasila dan keberagaman.

4. Tempat mendidik wong cilik dan desa, harus diakui pesantren salaf adalah harapan bagi mereka yang tidak mampu mendidik dan membiayai anak-anak mereka supaya menjadi manusia mandiri, berguna bagi lingkungannya. Mereka tidak dibebani buku dan biaya yang aneh-aneh. Mereka cuma butuh kitab semisal mabadi fiqhiyah, jurumiyah, alfiyah ibnu malik, fathul qorib/muin, ihya ulumudin dll.

5. Penjaga tradisi dan identitas lokal, globalisasi telah menggerus tradisi lokal bahkan dalam pendidikan. Pesantren masih mengadopsi sistem klasikal yang sudah berumur ratusan tahun jauh sebelum hingar bingar sekolah berstandar ini itu. Mereka tidak peduli dianggap kolot dan tidak jamani, yang mereka yakini adalah tradisi baik ini harus dijaga tanpa harus menolak sesuatu yang baru.

Paparan diatas belum mewakili keselurah peran dan jasa mereka atas pendidikan di negeri ini, masih banyak yang belum disebutkan. Semoga pesantren salaf terus ada dan memberi inspirasi bagi kita. Amin.

By Kang adie.
Turut berduka cita atas wafatnya Bpk Taufik Kiemas, semoga amal beliau terima disisiNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun