Mohon tunggu...
Akalili Syarafina
Akalili Syarafina Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pendidikan Geografi UNY

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menepis Realita

29 Mei 2014   19:24 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:59 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dear Mr Governor..

Thankyou for your "act" in some couple day before. Terimakasih juga atas perhatiannya untuk menutup beberapa jembatan timbang yang memang tidak maksimal jika di biarkan beroperasi. Baru sadar kan pak, jika 281 personel itu shift nya mati-matian buat mengoperasikan 16 jembatan timbang di Provinsi Jawa tengah. Saya mencoba membuat tulisan yang seimbang disini. Ya, saya peduli dengan kasus ini, bagaimana saya tidak peduli dengan permasalahan ini, lha wong saya sejak lahir hidup dari uang negara, gaji PNS ayah saya di Dishub.

Saya tidak bereuforia memuji aksi anda untuk keliling jawa tengah karena itu memang tugas anda. Saya memang belum pernah keliling jawa tengah, tapi saya tahu capeknya naik turun gunung dan pegunungan karena saya jurusan geografi. Jawa tengah kurang lebih memiliki 14 gunung dan pegunungan yang saya tahu. Selain itu saya tidak tega mendengar banyak tanggapan miring ketika anda "Ngamuk" saat sidak. Maaf juga pak, saya sebut anda ngamuk karena memeang itu realitanya. Tapi hanya sedikit yang menyaksikan klarifikasi anda dalam acara "Bukan empat mata". Suruh siapa juga pak bikin klarifikasi di acara yang kurang mendidik seperti itu. Tapi alangkah baiknya sebagai rakyat Indonesia yang cerdas dan MENOLAK LUPA, mengupas suatu permasalahan dari akarnya. Saya disini juga ingin sedikit menguak cerita atau kronologi dibalik sidak pak ganjar tersebut. Jadi beliau (Ganjar Pranowo) sedang dalam rangka pulang kembali ke Semarang setelah tugas dinas di Banyumas, Cilacap, dan Tegal. Saat melintas di jembatan timbang Subah, Ganjar memutuskan untuk mampir. Di sana ia bertanya kepada petugas soal mekanisme kerja kurang lebih Sidak dilakukan sekitar pukul 20.00 WIB. Iya awalnya cuma tanya tanya bagaimana ini itu. Tapi ya memang apes, karena malam hari mungkin para kernet Truk yang sedang melemparkan uang setoran tidak mengenali Ganjar bahkan sampai diajak bercanda sama ganjar saja nggak dong... Maklum ya pak, banner di jalan itu gak ada yang memperhatikan meskipun sudah dipajang foto bapak (dulu pas kampanye). Fokus tujuan orang-orang seperti supir dan kernet truk tersebut hanya kejar setoran, jadi mohon maaf saja jika mereka tidak mengenali bapak pada saat malam itu.

Beruntunglah reporter TVRI yang meliput semua jalannya sidak yang dilakukan pak Ganjar. Harapan saya video yang ditayangkan di Tivi - tivi tidak dipotong dan di tonjolkan bagian amukan saja. Agar tidak terjadi salah persepsi seperti kebanyakan peristiwa yang terjadi di Negeri ini.

Kembali ke permasalahan staff operasional Jembatan Timbang. Selama banyak dari mereka tidak dapat menikmati libur nasional. Yah saya anggap karena memang tugas negara. Ibaratnya polisi itu juga kalo sedang high season seperti libur "Lebaran". Tapi gaji mereka timpang lhoh? Bukan maksud saya hendak melegalkan pungli demi menutup kebutuhan belanja rumah mereka. Gaji PNS itu sudah besar kok, tapi gak ada bandingannya sama gaji Polisi. Bukan tidak bersyukur, hanya ingin menyamakan persepsi masyarakat tentang gaji PNS, sekalipun di dinas perhubungan gaji pokoknya sama kok sama gaji PNS di dinas lain.

Shift para petugas Operasional Jembatan Timbang ini menurut saya kurang manusiawi, ya mau gimana lagi wong personelnya kurang. Pernah kok ayah saya hari pertama idul fitri harus berangkat ikut membantu menjaga Pos Mudik di pinggir jalan itu, membantu para polisi dan gak ikut sholat Idul Fitri bersama keluarga. Pernah juga malam takbiran malah kehilangan helem saat bertugas mengamankan jalan membantu polisi lagi. Banyak kok yang heran kalo hari minggu ayah saya kok gak libur dan malah masuk kantor. Tapi gak ada pejabat yang pernah heran sama ketimpangan ini. Baru setelah ganjar "Ngamuk" semuanya baru di evaluasi. Baru dihitung lagi jumlah pegawai yang ada. Selama ini? dimana? dimana Mr. Governor?

Saya tidak mengatakan ayah saya adalah pegawai yang baik. Seringkali ayah saya haru stukar shift dengan temannya agar bisa sekedar hadir di acara pengambilan rapor anaknya, atau mengantarkan almarhumah nenek saya untuk berobat.

Setidaknya jika memang Jembatan timbang Pring Surat ditutup ayah saya bisa kembali lagi ke JT Salam biar lebih dekat dengan rumah, dan tidak ditusuh hawa dingin di JT Pring Surat. Ayah saya juga hampir pensiun kok Mr. Governor, mohon di carikan pengganti yang lebih kompeten. Satu lagi Mr Governor, saya tidak menjamin ayah saya adalah karyawan yang baik, tapi setidaknya dia punya rasa malu, dia tidak pernah bangga menyebut bekerja di Jembatan timbang, beliau selalu menyebutkan bekerja di dinas perhubungan, lantas saya harus menyalahkan siapa? Menyalahkan institusi tempat ayah saya bekerjakah? Menyalahkan Atasan tempat ayah saya bekerja, atau menyalahkan teman-teman ayah saya yang bekerja tidak sesuai aturan tersebut? atau menyalahkan pemerintah karena tidak memperhatikan kesejahteraan pegawai. My dearest Governor, izinkanlah saya bangga terhadap instansi yang telah membiayai hidup saya sejak lahir hingga sebesar ini.

For the last things, maybe this is little things of all your problem in this Central Java, but you're Dady in charge now. Let us let this "Big Hope" in your shoulder...

Thank you for all, Sincerely..

Rakyatmu yang Peduli (A-Z)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun