Mohon tunggu...
SUARDI
SUARDI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kajian Sosial dan Budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Manusia adalah makhluk yang bertanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahaya Nasionalisme Romantik

12 Maret 2022   14:25 Diperbarui: 12 Maret 2022   14:30 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

          Istilah nasionalisme romantik pertama kali saya temukan dalam buku Harun Yahya berjudul "Ancaman di Balik Romantisisme". Romantisisme adalah rasa cinta berlebihan yang tidak secara sadar dapat membutakan si pencintanya. Sadarkah kita, ada bahaya yang diam-diam menjauhkan manusia dari agama dan tuhannya, serta membawa banyak penderitaan. Bahaya itu adalah sentimentalitas yang mendorong manusia untuk menurutkan emosi ketimbang logika. Isyarat bahaya tersebut kadang tersirat pada kepala orang-orang fasis, pada lagu-lagu parade Komunis dan bahkan pada isi surat cinta kepada kekasihnya.

          Umumnya romantisisme dipahami sebagai roman (percintaan) atau gerakan romantik pada abad ke-19, tetapi selain bentuk-bentuk ini, romantisisme juga terkait erat dengan sentiment-sentimen politik tertentu, terdepan diantaranya adalah "nasionalisme romantik", yang muncul pada akhir abad ke-19 dan menimbulkan pengaruh besar di dunia sampai pertengahan abad ke-20. Namun perlu dijelaskan bahwa kritik ini bukan terhadap nasionalisme itu sendiri, melainkan terhadap nasionalisme romantic. Terdapat perbedaan besar antara keduanya.

          Semua orang barangkali sepakat, nasionalisme dalam pengertian paling umum, merujuk pada cinta individu kepada bangsa dan negaranya. Cinta ini baik dan sepenuhnya sentiment yang sah. Karena ia tidak bertentangan dengan agama, tidak memiliki efek merusak bagi kemanusiaan, sebagaimana cinta seorang ibu kepada anaknya adalah perasaan yang sah, demikian pula cinta kepada bangsa yang memupuknya dalam keyakinan dan budaya yang umum. Namun, kita perlu kritis, bahwa nasionalisme mejadi tidak sah apabila semua itu menjadi irasional atau fanatis (sentimen nasionalis).            

Nasionalisme sebagai sebuah gagasan menyebar ke seluruh Eropa pada abad ke-18. Sebelum itu, rakyat hidup di bawah kekuasaan tuan tanah. Kemudian mereka bersatu dibawah negara-negara tunggal yang diatur oleh sebauh pemerintahan pusat. Bangsa-angsa Eropa seperti Prancis dan Inggris termasuk yang pertama mendukung gagasan nasionalisme dan menjadi negara. Menjelang abad ke-19 kebanyakan bangsa Eropa telah mencapai persatuan nasional. Namun di beberapa negara seperti Itali dan Jerman kekuasaan bangsa atau negara kota kecil bertahan lebih lama. Itali baru membentuk sebuah negara pada tahun 1870 dan Jerman setahun kemudian tahun 1871. Dalam kata lain kedua bangsa ini lebih lambat dari bangsa-bangsa Eropa lainnya dalam mengadopsi dan menerapkan gagasan nasionalisme.

          Akan tetapi, situasi khusus ini menjadi penyebab berkembangnya nasionalisme yang lebih radikal di kedua negara tersebut, dibandingkan dengan negara Eropa lainnya. Menurut pendapat umum para ilmuan sosial, di kedua negara ini alasan kelahiran dan pencapaian kekuasaan nasionalisme bentuk ekstrim, seperti Naziizme dan Fasisme. Hal ini dikarenakan meluasnya sentimen-sentimen nasionalistik yang fanatis berkaitan dengan formasi persatuan nasional yang terlambat. 

Di kedua negara ini khsusnya di Jerman, orang-orang yang memajukan gagasan nasionalisme fanatis dikenal sebagai kaum "nasionalisme romantik". Dikutip dari Harun Yahya, berjudul Nasionalisme Romantik, ciri dasar yang menjadi sifat kaum nasionalis romantik adalah pengagungan perasaan diatas kerusakan akal sehat, kepercayaan mereka bahwa bangsanya diberkahi dengan "ruh" mistis dan misterius dan bahwa ruh ini membuat bangsa mereka lebih unggul daripada yang lainnya. Menjelang akhir abad ke-19, nasionalisme romantic dipengaruhi oleh teori-teori rasis yang kemudian diterima luas dan menumbuhkan klaim bahwa ras Eropa lebih unggul daripada ras-ras lainnya di dunia, sehingga mempunyai hak untuk menguasai mereka.

          Nasionalisme romantic menyebar cepat, sekali lagi khsusunya di Jerman, selama dua decade pertama abad ke-19. Penulis seperti Pau Lagarde dan JuliusLangbehn mendukung gagasan tentang urutan hirearki dunia dan Jermanlah yang menentukannya, mereka menyatakan bahwa ini bisa dicapai karena superioritas "ruh Jerman" dan "darah Jerman" dan untuk tujuan ini, Jerman harus berpaling dari agama-agama monoteistik, seperti kristiani dan kembali ke paganism.

          Pertumbuhan masyarakat mistis (takhayul) di Jerman memainkan peranan penting dalam penyebaran nasionalisme romantic dalam periode ini. Pandangan dunia masyarakat ini terdiri dari beberapa gagasan dangkal, semacam ini: "Manusia dapat mecapai kebenaran bukan dengan akal sehat melainkan melalui perasaan dan nalurinya, setiap bangsa memiliki ruh, ruh bangsa Jerman adalah ruh pagan. Masyarakat ini telah mempersiapkan landasan bagi bangkitnya Hitler dan Nazisme.

          Sejarawan Inggris Michael Howard menulis bahwa bangkitnya gerakan nasionalisme Jerman Raya yang memperoleh kekuatan spiritualnya dari kepercayaan takhayul dan ideologinya yang bersumber dari kepercayaan takhayul dan ideologinya yang bersumber dari falsafah masyarkat rahasia yang hanya dipahami kalangan tertentu, membentuk doktrin-doktrin rasialis ekstrim, yang pada tahun 1920 melahirkan sosialisme nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun