Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)
Dalam mengelola Organisasi Pengelola Zakat (OPZ), setidaknya ada tiga modal dasar dalam membangun sistem yang efektif dan kuat. Pertama, manajemen yang solid. Pada awalnya, membangun OPZ ini bisa jadi sendirian. Kalaupun ada orang lain, mungkin saja perannya terbatas. Ketika OPZ sedikit demi sedikit berkembang dan terus bertumbuh, tentu tak cukup lagi dikelola seadanya. Sebagai pimpinan utama OPZ, tentu saja lama- kelamaan akan mengalami kesulitan bila mengerjakan semuanya secara sendirian. Kemampuan yang ada semakin tak cukup untuk seorang diri melakukan sejumlah fungsi: perencanaan, pengelolaan, pengawasan, dan evaluasi. Untuk itu, diperlukan tim solid yang akan membantunya menyelesaikan masalah yang terjadi.
Pimpinan membentuk tim manajemen yang baik guna mengelola semua bidang yang ada dalam OPZ. Manajemen yang terpilih dan diberikan kewenangan inilah yang akan menjadi tulang punggung OPZ. Ia dan timnya diharapkan akan membawa OPZ ke tingkat yang lebih baik. Ada tantangan tersendiri memang ketika membentuk tim manajemen OPZ. Selain harus berkemampuan baik, mahir dan profesional, tim manajemen harus memiliki kecocokan dengan kultur dan budaya organisasi pengelola zakat. Dalam tim manajemen ini nantinya akan dibagi kewenangan sesuai dengan kedudukan masing-masing. Relasi yang terbangun dengan manajemen ini tak boleh ada bias kepentingan (conflict of interest).
Mencari dan menemukan tim manajemen yang kuat memang tak mudah. Mengambil tim manajemen dari jejaring internal OPZ pun tetap berisiko gagal mencapai tujuan organisasi. Ada juga OPZ yang dengan pertimbangan tertentu, mengambil langkah dengan menyewa orang untuk menjadi pemimpin mereka. Hal ini bisa terjadi dikarenakan OPZ-ketika melakukan analisis-menyadari bahwa tidak ditemukan SDM terbaik di internal yang mampu memimpin lembaga. Sebab yang lain, bisa jadi pemegang amanah tertinggi di OPZ justru menemukan orang lain yang lebih baik dalam kepemimpinant Bila pun harus menyewa orang yang berkapasitas, yang harus diingat adalah teladan bagi seluruh amil di lembaga pimpinan itu mampu manjadi teladan bagi seluruh amil.
Karena strategisnya fungsi pendelegasian pada manajemen organisasi pengelola zakat, pimpinan manajemen harus bertanggung atas segala sesuatu. Manajemen dalam penentuan strategi OPZ. Mereka juga akan mendentuk dan merekrut anggota tim senior lainnya.
Selain itu, mereka yang dibentuk harus mampu mengelola aspek pendanaan organisasi. Seorang pimpinan manajemen, saat yang sama, harus punya keahlian berpikir strategis dan kemampuan memutuskan ke mana tujuan OPZ.
Tim manajemen yang baik akan mampu menemukan rute terbaik bagi OPZ-nya ketika mengalami hambatan atau rintangan yang terjadi Dalam konteks ini, keahlian utama yang dibutuhkan dari seorang ketua tim manajemen adalah merekrut dan memberhentikan orang tim manajemen yang baik idealnya dapat pula menutupi kekurangan pimpinan OPZ. Seorang pimpinan OPZ boleh jadi mengerti dan mampu mengatur strategi, memprediksi masa depan, dan mengelola anggaran, namun tetap saja diperlukan tim teknis yang mampu menerjemahkan semua harapan pimpinan OPZ sesuai tujuan yang digariskan.
Kedua, SDM yang hebat.
Modal dasar kedua adalah SDM. SDM ini penting bagi OPZ. Bilamana OPZ memiliki SDM yang bagus, ditambah daya dukung organisasi juga bagus, maka separuh kejayaan organisasi sudah di tangan; separuh lagi diraih dengan kerja keras dan pantang menyerah. Mencari SDM yang bagus memang tak mudah. Mereka tak bisa ditemukan di sembarang tempat dan waktu. Semua OPZ pada dasarnya menginginkan SDM yang terbaik. Kalau selama ini perburuan SDM unggul di gerakan zakat dilakukan melalui media, maka ke depan OPZ yang justru mendatangi langsung pusat-pusat pengembangan SDM terbaik di negeri ini. Pusat terbaik tempat anak-anak muda belajar tiada lain perguruan tinggi. Di sanalah OPZ harus bisa dikenal dengan baik dan dapat kepercayaan dari anak-anak muda potensial yang sedang menyempurnakan diri dengan mendapat berbagai Para mahasisan harus mampu menjawab pertanyaan, "Kalau saya ilmu bergabung, bagaimana masa depan saya?" Dengan kemampuan yang memadai dalam menjelaskan hal ini, tanpa perlu proses panjang dan rumit, OPZ bisa dengan gampang membawa pulang berkas-berkas komitmen anak-anak muda potensial untuk bergabung seusai mereka wisuda.
Saat ini, perkembangan OPZ tak hanya dilihat dari besarnya penghimpunan maupun banyaknya program pendayagunaan. OPZ sudah mulai dipandang secara lebih utuh, mulai dari sistem organisasi, implementasi program-program hingga pengelolaan SDM. SDM di OPZ sudah semakin dianggap penting perannya dalam menuju kesuksesan organisasi. Tanpa adanya SDM yang hebat dan mumpuni, OPZ pun bisa terancam gagal dan berantakan organisasinya. Terkait hal ini, diperlukan berbagai macam cara untuk membangun SDM yang solid. Urgensi SDM ini tak lain karena ia nantinya yang akan membantu produktivitas dan kesuksesan organisasi. Keuntungan lainnya adalah SDM yang baik dan terampil akan mengantarkan organisasi mampu bersaing dengan para pelaku bisnis di industri sejenis. Saat ini, bila dilihat dari segi latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja, kemampuan SDM OPZ belumlah bisa dikatakan sudah ideal. Di sinilah letak penting sinergi dan kolaborasi, baik di internal organisasi maupun antar-organisasi. Bagaimanapun juga, amil atau karyawan OPZ yang baik adalah mereka yang mampu bekerja sama dengan amil lainnya secara harmonis dan saling dukung dan menguatkan.