Mohon tunggu...
Akademizi
Akademizi Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Akademizi lahir dari sebuah visi besar yang ingin mendorong kemajuan gerakan filantropi Islam sekaligus mampu menjadi inspirasi bagi gerakan kebajikan dan pemberdayaan umat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengelola Lembaga Zakat seperti Menanam Padi

12 Februari 2024   10:35 Diperbarui: 12 Februari 2024   10:54 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi, Associate Expert FOZ)

Bagi amil yang lahir dan besar di desa tentu biasa melihat bagaimana petani menanam padi. Di balik sederhananya proses petani menanam padi, ternyata ada dua kandungan ajaran luhur di dalamnya. Pertama, menanam padi itu harus dilakukan dengan cara mundur. Mengapa mundur? Agar padi yang sudah ditanam tidak terinjak-injak dan rusak. Walaupun secara lahir terlihat mundur, sesungguhnya mereka maju, dalam arti nantinya petani akan memperoleh kemajuan, yaitu memanen padi, makan nasi, atau menjual sebagiannya untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, menanam padi harus dilakukan dengan merunduk. Jika dilakukan dengan berdiri, tentu bibit padinya tidak bisa tertanam. Posisi merunduk memang lebih capek, namun dengan merunduk penanaman padi bisa lebih kokoh dan menancap kuat di tanah. Hikmah merunduk juga adalah bahwa bila ingin hasilnya lebih baik, maka harus lebih kerja keras dan berani melawan rasa capek dan lelah demi hasil yang lebih baik saat panen.

Petani yang menanam padi, sadar betul bahwa padi yang ditanamnya tak boleh dibiarkan tanpa perawatan dan perhatian. la memperhatikan rumput liar, dan memberikan pupuk, menyilang dan mengamati perkembangan padinya dari waktu ke waktu. Setelah semua dilakukan, barulah seorang petani berpasrah dalam doa permohonan pada Allah yang menumbuhkan padi dan berkuasa memberikan rezeki dalam bentuk tanaman padi yang subur dan panen padi yang baik.

Dalam konteks organisasi pengelola zakat, para pemimpin Organisasi Pengeloa Zakat (OPZ) harus dengan sabar, telaten, dan penuh perhatian maksimal merawat dan menumbuhkan organisasinya masing-masing. Fungsi organisasi bukan lagi dihafal tapi sudah harus dipraktikkan dengan luwes dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi-fungsi seperti proses menciptakan hubungan antara berbagai fungsi, personalia, dan faktor-faktor fisik agar semua pekerjaan yang dilakukan dapat bermanfaat serta terarah pada suatu tujuan, harus terlihat nyata implementasinya di organisasi.

Semua fungsi pengorganisasian dilakukan agar semua aktivitas dapat bermanfaat dan terarah sesuai tujuan. Pengorganisasian yang baik dapat memberikan beberapa keuntungan pada OPZ. Pertama, dapat terbina hubungan yang baik di antara anggota organisasi maupun antar-organisasi sehingga mempermudah pencapaian tujuan organisasi. Kedua, setiap anggota organisasi dapat mengetahui dengan jelas tugas dan kewajiban serta tanggung jawab masing-masing.

Hal berikutnya yang diperlukan untuk bisa mengawal efektivitas organisasi ini adalah soal kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kemampuan memengaruhi, memotivasi, dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang telah ditentukan. Seorang pemimpin dapat mengarahkan dan memengaruhi bawahan agar bersedia melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.

Agar seorang pemimpin OPZ bisa mengarahkan dan memengaruhi bawahan yang ada dalam organisasinya, maka ia dituntut untuk memiliki setidaknya tiga keterampilan dasar kepemimpinan. Pertama, mampu membaca situasi. Ini penting dilakukan agar di tengah dinamika gerakan zakat, pimpinan OPZ masih tetap tajam matanya dalam melihat situasi dan kondisi lingkungan. Kemampuan ini berkorelasi untuk memantau dan mendiagnosis situasi, mengantisipasi perubahan, mengambil risiko, dan membangun kepercayaan internal tim. Kedua, kemampuan mendelegasikan. Pendelegasian adalah pemberian kewenangan terbatas pada bawahan. Proses ini, walau ada pembagian kekuasaan dalam waktu sementara, merupakan bentuk kepercayaan yang baik bagi penumbuhan potensi kepemimpinan di masa depan. Bila secara rutin dilakukan, kemampuan ini mampu meningkatkan rasa percaya diri bawahan dan kesiapan mereka menerima tanggung jawab yang lebih besar. Ketiga, kemampuan adaptasi dan reformasi. Kemampuan ini diperlukan untuk eksistensi lembaga pada masa mendatang. Ini diperlukan untuk mengenali kekuatan dan mengompensasikan kelemahan yang ada pada organisasi. Juga untuk mengantisipasi situasi-situasi kritis yang mungkin saja terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun