Mohon tunggu...
Akademizi
Akademizi Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Akademizi lahir dari sebuah visi besar yang ingin mendorong kemajuan gerakan filantropi Islam sekaligus mampu menjadi inspirasi bagi gerakan kebajikan dan pemberdayaan umat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rekrutmen SDM Lembaga Zakat Harus Berkualitas

19 Desember 2023   08:59 Diperbarui: 19 Desember 2023   09:10 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edo Segara Gustanto (Dok Pribadi)

Rekrutmen Sumber Daya Manusia (SDM) lembaga zakat harus berkualitas terutama dalam bidang manajemen keuangan, akuntansi maupun di divisi masing-masing sehingga dapat mengelola dana umat secara baik dan transparan.

"Rekrutmen SDM lembaga zakat tidak berdasarkan kemampuan manajemen ekonomi tapi berdasarkan kekeluargaan akhirnya belum dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara luas," kata Dosen FEBI IIQ An Nur Yogyakarta yang juga bagian dari penulis buku "Zakatnomics: Pengelolaan Zakat dari Good To Great" Edo Segara Gustanto beberapa waktu lalu.

Pengelolaan lembaga zakat harus baik termasuk di SDM, kata Edo karena sudah ada UU Pengelolaan Zakat.  

"Terkait lembaga zakat di Indonesia sudah cukup baik apalagi sudah ada UU pengelolaan zakat. Negara kita mendukung beberapa praktik syariah di Indonesia di antara UU Perbankan Syariah, UU Wakaf," jelasnya.

Edo juga mengatakan, di Malaysia zakat bisa menggantikan bea cukai dan pajak. "Di malaysia ada penyaluran dana zakat untuk mengobati LGBT," paparnya.

Social intelligence
, kata Edo sangat penting bagi pengelola dana zakat. Pertama, pengelola zakat harus memiliki social awareness. Pengelola zakat harus memilik kepekaan sosial. Ia harus peka melihat kondisi sekitarnya. Ketika ada masyarakat yang harus dibantu.

Kedua, pengelola zakat harus memiliki kemampuan clarity (kejelasan). Di mana pengelola zakat sudah semestinya memiliki kecakapan ide, efektivitas, dan pengaruh kuat dalam melakukan komunikasi dengan orang atau kelompok lain.

Ketiga, pengelola zakat harus memiliki emphaty. Kemampuan empati terhadap orang lain juga sangat penting dimiliki seorang amil. Kemampuan individu melakukan hubungan dengan orang lain pada tingkat yang lebih personal. Keempat, pengelola zakat harus memiliki keterampilan interaction style. Pengelola zakat harus memiliki banyak skenario saat berhubungan dengan orang lain, luwes, dan adaptif ketika memasuki situasi yang berbeda-beda.

"Kelima, pengelola zakat harus berperilaku jujur dan tulus (authenticity). Sebuah keniscayaan seorang pengelola zakat harus amanah dan jujur. Bahkan ia harus tulus dalam melayani mustahik, sehingga dalam tugas-tugasnya mendapatkan keberkahan," tegasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun