Mohon tunggu...
Cantika Bella
Cantika Bella Mohon Tunggu... Notaris - Manejer

Bisnis Online

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tangisan Anak Rantau

8 Mei 2023   17:43 Diperbarui: 9 Mei 2023   17:07 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

kisah ini didedikasikan untuk saya pribadi dan hati saya. Menceritakan kisah seorang anak yang "nekat" memilih berjauhan dengan orangtua nya dan belajar banyak.

Januari, 30th, 2018.
memasuki semester genap perkuliahanku di salah satu universitas Negeri di Indonesia. Aku sangat semangat untuk melanjutkan pendidikan S2 ku setelah tamat S1 dan bekerja selama setahun. kemudian, Aku pun bertekad untuk melanjutkan studi ku untuk sekolah postgraduate. Aku meminta restu orangtua, saudara, dan juga teman dan atasan tempat ku bekerja.

sekedar informasi, tujuanku melanjutkan pendidikan bukan karena aku terlalu pintar, hanya bermodal "terlalu kepo pengen tahu gimana sih sekolah S2" itu, aku pun melanjutkan langkahku. sekalian, AKu ingin menguji kemampuan mandiri ku hidup seorang diri di perantauan.

memasuki semester genap di tahun pertamaku, aku merasa tumbuh menjadi sosok semakin dewasa. Dalam keterbatasan keuangan, pola hidup sehat, dan pola belajar ini, aku belajar bagaimana membayar setiap hal yang telah aku lakukan.

Selama diperantauan aku juga merasakan kecewa, sedih, marah dan perasaan lainnya. Kecewa karena lingkungan baru yang sulit ditaklukkan, sedih karena tak semua orang bisa memahami perasaan kita, marah karena merasa disepelekan, dan lain-lain. Hingga aku berada di posisi "orang yang mengenalku dnegan baik pun juga ikut meremehkanku".

Akhirnya aku pun tersadar. bahwa hidup ini adalah pilihan dan saat aku sudah menentukan pilihan, maka akulah satu-satunya orang yang harus bertanggungjawab untuk menuntaskan pilihanku hingga selesai. Menggantungkan hidup pada orang lain, bahkan teman terbaik atau kekasih pun, tak akan membua kita kuat, karena mereka itu bisa pergi kapan saja meninggalkan kita.

Perantauan tak hanya membuatku kuat dan dewasa, tapi juga mengajarkan rindu.
Perantauan mengajarkan ku bagaimana indahnya rindu dan bagaimana menghargai setiap rindu. Kadang rinduku berteman air mata. Rindu orangtua, rindu keluarga, rindu akan sahabat dan teman, juga rindu pada guru-guru. Semua rindu ini mengajarkanku betapa kehadiran mereka amatlah nyata dan berkesan. Hingga segunung rindupun hadir.
Dan "sesuatu akan dihargai saat ia pergi atau jauh darimu" adalah ungkapan yang sudah terbukti benar.

Aku juga merasakan bahwa "jauh" membuatku lebih ikhlas dalam berdo'a
jarak ini mengajarkan untuk menghargai di setiap pertemuan,
jarak juga mnegajarkan ku untuk menuntaskan rinduku dalam do'a-do'a
jarak juga melembutkan hatiku dengan caranya sendiri..

Rindu, lahir karena cinta.
itulah esensi rindu yang sebenanrnya.
Rindu bisa membuat orang menangis dan tertawa di waktu yang bersamaan.
Rindu juga menjadi obat segala luka.
Karena rindu itu bentuk ketulusan dari hati yang hampa..

Aku selalu yakin bahwa do'a, sejauh apapun pasti akan sampai.
makanya, setiap rindu menyapa hati, maka do'a adalah pelipurnya..

pilihan ini sudah aku ambil,
aku lah yang harus menyelesaikannya.
Pilihan ini sudah mengantongi restu ayah bunda
maka aku yakin, do'a merekapun mengalir disetiap darahku..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun