“Assalamu’alaikum pak …” sapa Bahrul kepada Cahyo. “Wa’alaikum salam pak, gimana? apa khabar? apa sehat wal afiat?” jawab Cahyo sambil merangkul Bahrul. Pertemuan ini, adalah pertemuan yang biasa saja terjadi setelah selesai Sholat Dluhur di Masjid Al Ikhsan, suatu masjid di salah satu kantor pemerintahan. Sambil berjalan menuju warung dekat kantornya untuk makan siang, perbincangan Bahrul dan Cahyo berlanjut semakin akrab. “Oh yaa, kemana teman kita pak Achmad? kok saya tadi tidak melihat berjamaah?” tanya Cahyo, “Saya melihatnya di kantor tadi, mungkin sedang rapat, karena jam sepuluhan tadi dia dipanggil Kepala Biro” jawab Bahrul yang memang satu kantor. Mereka bertiga Achmad, Bahrul dan Cahyo memang berteman akrab, mereka bertiga seringkali berjumpa ketika berjamaan sholat Dluhur dan Ashar di kantor serta makan siang bersama. Mereka baru bekerja sekitar 5 tahunan dan dikenal sebagai karyawan yang rajin dan disiplin dalam bekerja, serta bersikap ramah terhadap sesama karyawan. Sebulan yang lalu Achmad sesuai dengan kemampuan dan performansi kerjanya yang baik di promosikan menjadi Kepala Urusan Logistik, suatu jabatan yang membutuhkan suatu kejujuran dan loyalitas yang tinggi. Achmad sangat sesuai dengan amanah yang dipegangnya tersebut, selain memang dia rajin dan disiplin, dia juga dapat dikatagorikan sebagai orang jujur dan alim karena minimal 10 menit sebelum adzan berkumandang , dia sudah di masjid. Didirikannya sholat Tahyatul Masjid, dan kalau masih ada waktu dibacanya Al Qur’an atau berdzikir hingga masuk waktu adzan. “Ayam bakar mang, nasinya separo aja yah…” kata Cahyo, sambil mencari tempat duduk yang kosong setibanya diwarung “Sabar Menanti” “Saya pesan ikan pepes mang..” kata Bahrul. ”Kalau Pak Haji pesan apa?” ujar Mang Kumis si penjual kepada Pak Deden yang hampir bersamaan datangnya dengan Bahrul dan Cahyo. “Saya pesan ayam bakar juga mang” jawab Pak Deden. “Boleh saya duduk bergabung disini?” sapa Kang Deden kepada Bahrul dan Cahyo. “Kalau duduk barengan pak Ustadz senang sekali …..” ujar Cahyo kepada Pak Deden yang biasa di panggil pak ustadz oleh sesama teman-temannya. “Tadi membicarakan apa, kok kelihatannya serius sekali…” “Kami membicarakan kebahagiaan kami, karena sahabat kami yaitu pak Achmad baru di promosikan” ujar Bahrul menjelaskan tentang sahabatnya Achmad dan apa yang diperbincangkan berdua tadi. “Alhamdulillah, semoga Pak Achmad dapat memegang amanah ini dengan baik.” ujar Pak Deden, “Banyak orang pada dewasa ini, ketika masih menjadi staf, rajin berdo’a, memohon agar karirnya cepat menanjak, namun begitu cita-citanya tercapai dia lupa kepada Allah.” “Kadangkala orang berdo’a bagaikan pengamén saja, begitu pengamén dikasih uang dia menghentikan nyanyiannya, sebelum do’anya di ‘ijabah oleh Allah, tak henti-hentinya dia berdo’a bahkan sambil berlinang air mata. Namun begitu permintaannya dikabulkan, lantunan do’anya mulai surut. Padahal Allah swt sangat senang mendengarkan rintihan do’a makhlukNya, apalagi lantunan do’a tersebut menyenangkanNya, Allah swt bahkan memerintahkan Jibril agar menunda pengabulannya, karena Allah swt senang mendengarkan alunan do’a hambaNya.” “Seharusnya kita harus berdo’a dengan khusu’ setiap hari, minimal selepas sholat fardlu, karena bagi Allah adalah termasuk orang yang sombong bagi hambaNya yang tidak mau ber do’a” “Ini dèn pesanannya”, “terima kasih mang” “kita lanjutkan nanti kalau ada waktu yahh..., sekarang kita santap dulu hidangan yang tersedia ini” -----------------
- Dan diantara mereka ada orang yang Telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, Pastilah kami akan bersedekah dan Pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.
- Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran)
- Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, Karena mereka Telah memungkiri terhadap Allah apa yang Telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga Karena mereka selalu berdusta.
- Tidaklah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib.
Tsa'labah mendengar ada ayat turun mengecam dirinya, ia mulai ketakutan. Segera ia temui Nabi sambil menyerahkan zakatnya. Akan tetapi Nabi menolaknya, "Allah melarang aku menerimanya." Tsa'labah menangis tersedu-sedu. Setelah Nabi wafat, Tsa'labah menyerahkan zakatnya kepada Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq, beliaupun berujar : “Bagaimana aku mau menerima, sedangkan Rasulullah saja menolaknya? Setelah Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq wafat, Tsa’labah menghadap Khalifah Umar bin Khattab, beliaupun menolak menerima zakat Tsa’labah. Akhirnya Tsa'labah meninggal dalam kemunafikan pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Itulah kisah Tsa’labah” ujar pak Deden mengakhiri ceritanya. “Saya takut, . . . secara tak sadar bersifat seperti Tsa’labah” rintih Achmad, dan lanjutnya : “Hanya karena ada rapat penting, saya tinggal kan sholat berjamaah. Ketika mendengar adzan di kumandangkan, pimpinan rapat hanya menghentikan rapat sebentar untuk mendengarkan adzan, setelah itu rapat di lanjutkan kembali. Saya sering pulang rada malam, yang berarti saya telah meninggalkan shalat jamaah di Masjid Al Hikmah, masjid di kompleks perumahan dimana saya tinggal. Pendapatanku perbulan sudah naik, tetapi shodaqoh dan infaq yang saya serahkan tidak berubah dari dulu” “Beristigfarlah pak Achmad” ujar Kang Deden, “Insya Allah pak Achmad bukan sebagai pengikut madzab Tsa’labah.” “Pak Achmad harus mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan, rubahlah sedikit-sedikit keadaan tersebut, sehingga pak Achmad dapat shalat berjamaah seperti sebelum-sebelumnya. Janganlah kita merasa bahwa apa yang kita capai sekarang ini semata-mata hasil kerja keras kita yang siang-malam membanting tulang, tetapi itu semua adalah kehendak Allah. swt. Ini semua ujian dari Allah swt, ujian dari Allah swt dapat berupa kemiskinan atau kekayaan. Ketika datang angin yang sangat kencang seekor kera akan memegang erat-erat dahan dimana kera bergayut agar tidak jatuh. Tetapi ketika datang angin sepoi-sepoi., kera tersebut mungkin menikmati semilirnya angin hingga kera tersebut tertidur, dan jatuh. Banyak orang ketika menerima ujian berupa kesederhanaan dia masih mampu, dia merasa dekat dengan Allah, namun begitu menerima ujian berupa kemewahan dia terlena dan jauh dari Allah” nasihat kang Deden yang disampaikannya dengan hati-hati. “Terima kasih kang, do’akan semoga saya mampu menerima semua ujian ini” kata Achmad dengan lirih. “Mari kita kembali ke kantor, waktu istirahat sudah habis” kata Kang Deden mencairkan suasana, dan kamipun bersalam-salaman serta kembali ke kantor masing-masing Bandung, 15 Juni 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H