Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebelum Membuat Status di Medsos

31 Mei 2015   08:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:26 909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa yang sedang kamu pikirkan?

Pertanyaan Facebook di ruang "Update Status" dengan warna tulisan kelabu, yang terkesan disamarkan.
Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sangat beresiko, pertanyaan yang semestinya dijawab dengan hati-hati, khususnya yang bersifat privasi seperti yang berhubungan dengan keluarga dan pekerjaan. Sudah banyak sekali diberitakan hubungan kekeluargaan menjadi terganggu dan tidak sedikit yang dipecat dari pekerjaannya gara-gara status di Facebook.

Daily Mail memberitakan satu penelitian bahwa status Facebook "terlibat" dalam 30 persen kasus perceraian dari lima ribu pasangan pada tahun 2011. Pada tahun sebelumnya (2010) diberitakan bahwa satu dari lima perceraian melibatkan aktivitas di Facebook (Daily Mail). Tahun lalu (2014), Firma Hukum Slater and Gordon menyatakan bahwa Facebook dan Twitter menjadi salah satu faktor signifikan yang menyebabkan perceraian (Daily Mail).

Huffington Post merangkum sekian berita terkait status Facebook yang menyebabkan pekerjaan mereka jadi terganggu, Fired Over Facebook.

Video berdurasi sekitar dua menit ini, memvisualisasikan betapa berbahanya jika sembrono membuat status di medsos, bahkan bisa mengancam nyawa, Jangan Asal Internetan.

Meskipun demikian, bukan berarti media-media medsos yang menjadi penyebab hal-hal negatif tersebut, tetapi terutama disebabkan oleh sikap dari para penggunanya.

Selain itu, bukankah "Kamu adalah apa yang kamu pikirkan", yang merupakan awal yang bisa menentukan siapa dan akan menjadi apa diri?

Hati-hati dengan pikiran, karena ianya akan menjadi perkataan.
Hati-hati dengan perkataan, karena ianya akan menjadi tindakan.
Hati-hati dengan tindakan, karena ianya akan menjadi kebiasaan.
Hati-hati dengan kebiasaan, karena ianya akan menjadi karakter.
Hati-hati dengan karakter, karena ianya bisa menentukan siapa dan akan bagaimana diri.


Ya, kembali kepada pepatah dan nasehat klasik, "Pedang bermata dua" dan "Segala sesuatu yang berlebihan itu sifatnya tidak baik". Ujung-ujungnya, baik tidaknya bermedesos ria sangat bergantung kepada si penggunanya sendiri.

Salam Hangat Sahabat Kompasianers

[-Rahmad Agus Koto-]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun