Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peranan Alumni Dalam Meningkatkan Sistem Pendidikan

12 Juni 2012   01:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:05 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan dosen waktu kuliah dulu. Dari pertemuan itu saya memperoleh informasi bahwa ikatan alumni almamaternya baru saja dibentuk setelah 15 tahun lebih beliau meninggalkan kampusnya. Hal yang sama juga banyak dialami teman-teman yang berasal dari departemen atau universitas lain, termasuk penulis sendiri yang hingga saat ini masih dalam proses pembentukan setelah almamater berdiri 24 tahun yang lalu.

Hal ini sebenarnya cukup memprihatinkan karena alumni universitas memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan sistem pendidikan, yaitu sebagai parameter atau tolak ukur kesuksesan sistem pendidikan (kurikulum) yang diterapkan. Tanpa feedback dari alumni, kurikulum yang diterapkan cenderung bersifat "katak di bawah tempurung."

Sebenarnya hal ini disadari oleh tenaga-tenaga pendidik di kampus dan telah berusaha untuk mengirimkan questioner untuk mengambil data mengenai perkembangan alumni, menginput saran dari alumni mengenai konten kurikulum apa yang harus difokuskan, ditambahi, dikurangi atau bahkan dihilangkan.

Salah satu kendala utama adalah banyaknya alumni yang tidak mau mengisi dan merespon questioner tersebut. Alumni-alumni yang tidak merespon ini biasanya alumni yang merasa dizalimi saat masih kuliah dulu. Misalnya tugas skripsinya yang dipersulit, dosen-dosen yang anti kritik, dosen-dosen yang sesuka hatinya mengganti jadwal kuliah dan sebagainya. Hal-hal seperti ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi para dosen.

Kadang-kadang dosen menganggap mahasiswa sudah sangat dewasa dan mandiri, padahal mereka belum sedewasa itu, mereka masih membutuhkan bimbingan layaknya orangtua kepada anaknya, secara proporsional tentunya. Apabila hubungan antara dosen dengan mahasiswa baik, maka ketika mahasiswa tersebut telah menyelesaikan studinya, mungkin tanpa dipintapun mereka akan dengan senang hati mengabarkan (keep contact) kondisi mereka di tengah-tengah masyarakat, dan juga memberikan saran-saran untuk meningkatkan kualitas kurikulum pendidikan yang diterapkan.

Mudah-mudahan hal ini menjadi perhatian serius bagi KEMDIKNAS khususnya DIKTI dalam mengamati perkembangan kealumnian dan hubungan antara alumni dengan almamaternya, serta memberikan dukungan-dukungan, misalnya menjadikan keeratan hubungan alumni dengan almamater melalui parameter-parameter yang ditentukan, sebagai salah satu faktor yang cukup berpengaruh dalam meberikan grade suatu lembaga pendidikan tinggi.

Salam Hangat Sahabat Kompasianer

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun