[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="MH17/kompasiana (kompas.com/shutterstock)"][/caption] Ini adalah salah satu pertanyaan awal yang muncul setelah pesawat MAS MH17 diketahui telah jatuh persis di zona konflik. Pertanyaan yang sangat wajar. Rasanya mustahil pilot dan instansi terkait tidak mengetahui bahwa rute yang akan dilalui oleh pesawat tersebut adalah zona perang. Lalu mengapa pesawat tersebut mengambil rute itu? Ketika saya memposting berita naas ini di akun Facebook saya kemarin pagi, seorang teman dekat berkewarganegaraan Amerika memberikan respon bahwa beliau telah seringkali melewati area jatuhnya MH17, dan bukan sesuatu yang tidak normal jika pesawat sipil terbang di atas zona perang. Selanjutnya ia mengatakan bahwa tidak ada alasan bagi otoritas penerbangan untuk mengambil rute itu, karena pesawat berada di ketinggian yang relatif aman (diatas 30k kaki), ketinggian yang diluar jangkauan missil anti aircraft biasa. Dan kami sepakat kecuali memang oleh adanya unsur kesengajaan dan si pelaku memiliki missil anti aircraft khusus (advanced). Satu kemungkinan yang mungkin samasekali tidak terpikirkan oleh otoritas penerbangan yang mengijinkan dan mengarahkan MH17 untuk melalui rute itu. Dari ketinggian, kecepatan yang stabil dan dengan peralatan anti aircraft yang canggih, seharusnya atau logikanya si penembak telah mengetahui bahwa targetnya itu adalah pesawat sipil biasa, walau kemungkinan si penembak salah mengidentifikasi targetnya tetap ada. Hasil diskusi kami ini senada dengan pendapat mayjen purnawirawan U.S. Army dan analis militer CNN, James "Spider" Marsk." (CNN). "Although there had been restrictions over Crimea, in this part of Ukraine there are no restrictions. The space between the ground and 32,000 feet had been closed by the Ukrainians. Above 32,000 feet it was open. This plane was not doing anything wrong being where it was." "We can argue whether restrictions should have been in place with everything going on there, but when that pilot flew that route ... there was nothing wrong with doing so." Pemaparan ini bisa membantah teori "konspirasi" yang muncul terkait peristiwa naas ini bahwa MH17 sengaja di arahkan oleh kalangan tertentu ke rute tersebut yang kemudian akan disambut oleh sang penembak, dengan kata lain si pengarah dan si penembak sebelumnya telah berencana untuk menjatuhkan pesawat MH17. Pun demikian, teori konspirasi ini bisa saja benar, walau kemungkinannya sangat kecil sekali. Terlepas dari itu semua, sengaja atau tidak sengaja ditembak, si pelakunya wajib mempertanggungjawabkan perbuatannya yang telah mengambil nyawa ratusan masyarakat sipil dari berbagai negara. Simpati dan dukacita yang sedalam-dalamnya buat para korban.
[-Rahmad Agus koto-]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H