Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Ateis dan Aku Bahagia

6 Juli 2012   08:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:15 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Usiaku 31 tahun, namaku Dewi, just Dewi. Orangtuaku memberi nama Dewi Hidayani, namun setelah berusia 20 tahun aku menghilangkan nama Hidayani, karena nama itu bernuansa Islam, padahal aku tidak beragama, ya, aku seorang ateis.

Aku terlahir dari keluarga kebanyakan, keluarga yang tidak miskin dan tidak pula kaya, tidak terpandang dan tidak terlalu taat beragama, yahhh ordinary family gitulah...

Aku ateis bukan berarti aku tidak mempercayai adanya "Tuhan." Mengapa aku memberi tanda kutip untuk kata Tuhan? karena aku tidak setuju menamai suatu kekuatan yang mengendalikan alam semesta ini dengan Tuhan, bagiku istilah Tuhan terlalu spesifik.

Pemikiran ateis ini pertama kali muncul saat aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Salah satu dosennya sangat dekat denganku dan dia sangat percaya kepadaku. Selama kami berhubungan (hubungan normal loh, sahabatan, bukan affair) aku mengetahui kalau dia adalah seorang ateis, sebelumnya tidak ada seorangpun yang tahu karena menurutnya masalah itu sangat pribadi sekali.

Dia mau menceritakan kepadaku mengenai keateisannya karena memang aku yang menanyakannya. Karena selama kami berhubungan itu, tidak pernah sekalipun kulihat dia melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan. Saat dia menceritakan keateisannya tak satupun kata-katanya yang bersifat mengajak, tetapi entah bagaimana aku kepikiran dan mulai meragukan agama yang kuyakini saat itu, tiba-tiba pemikiranku sangat kritis dan skeptis terhadap agama.

Semenjak itu aku mempelajari dengan sangat tekun mengenai agama yang masih kuyakini saat itu, kemudian agama-agama lainnya, namun tidak satupun yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaanku yang sangat mendasar. Aku tidak tahu mengapa aku terlahir di dunia ini, padahal aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan. Tidak satupun agama-agama yang kupelajari bisa menjelaskan dan membuktikan Tuhan yang mereka maksudkan. Semuanya hanya berlandaskan pada kata iman.

Pernah juga aku berdiskusi panjang lebar dengan anggota fanatik Jaringan Islam Liberal. Konsep yang mereka tawarkan sebenarnya menarik, tapi setelah mempelajarinya secara seksama, menurutku mereka menganut keyakinan yang tanggung, mereka meyakini agamanya tapi tidak mempercayakan agama bisa mengatur negara. Logikaku mengatakan kalau agama saja tidak bisa mengatur suatu negara, konon lagi ummat manusia. Kalau memang demikian sekalian aja tinggalkan agama tersebut seutuhnya.

Akupun juga mempelajari buku-buku pemikir-pemikir yang sangat terkenal, seperti Sigmund Freud, Nietczhe, Albert Einstein, Richard Dawkins, dan masih banyak lagi. Hingga aku berkesimpulan agama hanyalah sejenis organisasi yang dibuat oleh manusia, hingga saat ini aku hanya menyaksikan agama hanya jadi penyebab perpecahan, dan tak ada satupun agama yang bisa membuktikan dapat mensejahterakan suatu negara di dunia ini.

Bahkan negara-negara yang benar-benar memisahkan agama dari urusan-urusan kenegaraan terlihat sangat maju dan sejahtera misalnya Swedia, Prancis, Amerika, Kanada dan Singapura. See, tanpa agamapun semuanya bisa berjalan normal koq.

Satu hal yang paling tidak kumengerti adalah mengapa aku dikucilkan karena aku seorang ateis. Aku ketahuan ateis di lingkungan aku berada karena dikhianati seorang teman kuliah yang sangat kupercayai. Sebenarnya aku tidak tahu pasti apa dia sengaja atau tidak menceritakan tentangku kepada orang lain, yang pasti perlahan-lahan akhirnya semua kenalan-kenalanku mengetahui keateisanku.

Semenjak itu satu demi satu setiap orang yang mengenalku menjauh dan tidak mau lagi berhubungan denganku. Entah siapa yang memberitahu, orangtuakupun akhirnya mengetahuinya, mereka marah besar dan tidak menganggapku sebagai anak mereka lagi, merekapun tidak mau membiayai kuliah dan kebutuhanku sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun