Beberapa hari kemudian, Mas Pepih memberikan data yang sangat penting, ada pengguna Facebook yang memberitahukan kepadanya melalui aplikasi Messenger bahwa akunnya itu sedang diperjualbelikan di sebuah postingan Facebook, lengkap dengan screenshotnya.
Saya langsung mengambil inisiatif tanpa sepengetahuan Mas Pepih, mencoba menghubungi akun pembajak menggunakan akun Facebook khusus, memposisikan diri sebagai orang yang berminat untuk membeli akun yang dibajaknya itu. Tidak langsung dijawab. Tiap hari kucek. Akhirnya dibalas lima hari kemudian.
"Berapa? Kalau mahal ambil aja" katanya.
Nah, sampailah pada tahapan yang cukup pelik. Berapa harga yang harus kutawarkan? Sayapun bergerak mencari tahu bisnis jual beli akun ini melalui akun si pembajak itu sendiri, ditambah dengan pengalaman sendiri yang cukup taulah dengan sisi gelap dunia maya secara saya pernah jadi operator warnet saat masih kuliah sekitar dua dekade yang lalu dan tetap aktif internetan hingga sekarang.
"200k?" tawarku.
Besoknya baru direspon, "Jadi?" katanya. Saya membalasnya dua hari kemudian. "Deal!". Transaksipun berlanjut via WhatsApp. Sementara itu saya memberitahukan perkembangan ini kepada Mas Pepih dan beliau menyetujuinya. Terkait harga tebusan ini, cerdik juga Mas Pepih dengan tidak menunjukkan ketertarikan yang besar mengenai pengembalian akun terhadap orang yang pertama kali memberitahukannya itu, karena ternyata dia ada hubungan/kenal dengan si pembajak. Dengan demikian, mereka gak bisa jual mahal.
Pada hari H transaksi, saya benar-benar terkejut, samasekali gak nyangka kalau si pembajak mau mengembalikan akun Mas Pepih dengan begitu mudahnya, dia mau saja memberikan email dan password duluan.
Ketika akun sudah bisa kuakses dan mengamankan sekuritinya, saya sempat bilang sama Mas Pepih dengan nada bercanda, uang itu dikasihkan apa enggak. Dengan bijaksana Mas Pepih bilang, kasihkan saja, karena dia telah mau mengembalikan dengan mudah akun Faceboknya yang sangat berharga itu dan isinya samasekali tidak ada diapa-apain. Apalagi setelah saya memberitahukan bahwa si pembajak itu remaja tanggung yang kerjaan sehari-harinya jualan makanan ringan, sekampung dengan Mas Pepih pulak. Dari komunikasiku dengan si pembajak, intuisiku bilang dia sebenarnya bukan beneran orang jahat.
Panjang juga inti ceritanya, inipun udah kucoba seringkas mungkin. Agak geli juga ngebayangin bila si pembajak membaca postingan ini. Smirk Smile.
Sebagai penutup cerita ini, untuk mengamankan akun Facebook seaman mungkin, gunakanlah email dan no hape yang benar-benar khusus hanya untuk Facebook, sebisa mungkin tidak ada yang tahu, selain itu simpan recovery code yang bisa diperoleh dari settingan sekuriti, bagian two-factor authentication.
((Ajuskoto))