Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memilih Bahagia atau Tidak Bahagia?

19 Juni 2023   07:58 Diperbarui: 19 Juni 2023   07:59 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perasaaan yang sifatnya abstrak ini secara harfiah terkait langsung dengan persepsi, dengan sudut pandang, dengan cara berpikir. Siapapun dan bagaimanapun situasi dan keadaannya, bisa bahagia atau tidak bahagia.

Orang yang sekaya-kayanya orang kaya bisa bahagia atau tidak bahagia dengan kekayaannya. Mereka bisa bahagia dengan menghabiskan kekayaannya untuk bersenang-senang, untuk pelesiran ke tempat-tempat yang sangat indah, sangat menyenangkan seluruh indera, dan untuk berbagi kebaikan-kebaikan materi kepada orang-orang yang membutuhkannya. Mereka bisa juga tidak bahagia karena terbebani oleh pikiran mengenai bagaimana menjaga dan mengamankan kekayaannya, misalnya.

Orang yang semiskin-miskinnya orang miskin bisa bahagia dan tidak bahagia dengan kemiskinannya. Mereka bisa bahagia karena tidak banyak atau tidak ada hal-hal materi yang membebani pikirannya terkait penjagaan, keamanan, maupun pertanggungjawabannya. Mereka bisa juga tidak bahagia karena harus bersusah payah hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, misalnya.

Orang yang sesehat-sehatnya orang sehat bisa bahagia dan tidak bahagia dengan kesehatannya. Mereka bisa bahagia karena fisiknya bisa melakukan berbagai ragam kegiatan yang sifatnya menyenangkan. Mereka bisa juga tidak bahagia karena mengalami hal yang mirip dengan orang kaya yang tidak bahagia tadi.

Orang yang sesakit-sakitnya orang sakit bisa bahagia atau tidak bahagia dengan kesakitannya. Mereka bisa bahagia karena tidak banyak atau tidak ada kegiatan fisik yang membosankan dan melelahkan, yang wajib dilakukannya atau bahagia karena dosa-dosanya jadi berkurang atau dihapuskan. Mereka bisa juga tidak bahagia karena fisiknya tidak bisa berbuat apa-apa, karena fisiknya harus merasakan rasa sakit, misalnya.

Bahkan orang yang sudah matipun bisa merasa bahagia atau tidak bahagia. Mereka bisa merasa bahagia karena udah terlepas dari kehidupan manusia yang dipenuhi dengan berbagai kepalsuan, kemunafikan dan memasuki kehidupan yang abadi. Mereka bisa merasa tidak bahagia karena di masa hidupnya bergelimang dosa, banyak keinginan yang tidak terpenuhi, janji-janji atau hutang-hutang yang tidak terlunaskan, misalnya.

Kebahagiaan ini tentu saja ada yang sifatnya sejati dan ada yang sifatnya dibuat-buat atau semu.

Sebagaimana yang sudah dikemukakan di awal, semuanya itu sangat bergantung kepada persepsi. Bila seseorang memilih persepsi yang baik dan benar dan menggunakannya dengan baik dan benar juga, maka bisa dipastikan bahwa dia akan bahagia. Bila sebaliknya, maka bisa dipastikan bahwa dia tidak akan bahagia. Sebagai tambahan pemanis dan penutup tulisan ini, persepsi itu tadi berkelindan dengan rasa syukur tidak syukur atau "masih untung".
___


Dituliskan secara mengalir dan singkat saja pada pagi ini oleh Ajuskoto, yang sedang tidak bahagia. Nah, lho?!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun