Masih ingat persis suasana di lobi bioskop ketika pengen nonton di bioskop pada tahun 2014. Saat itu, samasekali tidak ada rencana mau menonton filem apa, hingga akhirnya memutuskan menonton John wick setelah melihat Keanu yang membintanginya, secara saya fans beratnya di Matrix. Juga samasekali tidak tahu filem itu tentang apa, genrenya apa. Setelah belasan menit menonton, saya tercengang. Karakter John Wick yang sangat unik sebagai seorang assassin -melankolis, hatinya lembut sehingga bisa menangis sedih, bawaannya serius dan pendiam namun sadis dan berdarah dingin- serta aksi gun-funya yang sangat keren. Dari ratusan filem yang pernah kutonton semenjak kecil, gak ada filem aksi martial art yang sebagus ini.
Sebulan yang lalu, saya sengaja menonton ulang JW123 sebelum menonton JW4 tadi malam yang sudah kutungguin sejak tahun yang lalu, untuk menyegarkan memori biar lebih nyambung sama jalan ceritanya. Hasilnya? Sangat memuaskan. Â JW4 lebih bagus daripada ketiganya. Lebih bagus dari segi pemilihan aktor-aktor pendukung baru, sinematografi, jalan cerita, koreografi aksi dan dari segi akting Keanu.
- Pemilihan karakter baru yang brilian
Dari beberapa aktor pendukung yang baru, Donnie Yen secara brilian berhasil memainkan perannya yang sangat signifikan dalam membangun cerita JW4. Aktingnya luwes, penampilannya keren, aksinya keren, dan bawaan humorisnya yang menyegarkan membantu menurunkan ketegangan selama menonton filem ini yang sekitar 80%-nya dipenuhi oleh gun-fu. Sebelumnya saya sempat sedikit kecewa dengan pemilihan Mark Dacascos dalam JW3.
- Sinematografi yang indah.
Jika diperhatikan secara mendetail, ada sejumlah hal terkait sinematografi  yang relatif berbeda dengan ketiga seri sebelumnya. Mulai dari tata suara, teknik pencahayaan, tema warna dan sudut pengambilan gambarnya. Ada sejumlah adegan yang mengingatkanku pada trilogi Matrix, diantaranya perkelahian di bawah siraman air mancur yang terlihat seperti hujan dan adegan di stasiun kereta api. Dan yang paling istimewa, sudut pengambilan gambar ala bird view dalam suatu adegan perkelahian.
- Alur ceritanya lebih natural dengan ending yang sempurna
Garis besar ceritanya tentang upaya John Wick membebaskan dirinya dari tekanan The High Table yang diakibatkan oleh ulahnya sendiri, melanggar aturan dengan menghabisi Santino D'Antonio di dalam hotel The Continental of New York. Pada awalnya dia sempat kepikiran untuk menghabisi seluruh anggota The High Table, tetapi ide itu ditentang oleh sahabat-sahabat dekatnya. Ending ceritanya berakhir sempurna, namun ada baiknya tidak kuceritakan.
- Durasi, level dan keindahan aksi gun-fu yang lebih baik
Durasi filemnya nyaris tiga jam. Di beberada adegan, saya sempat hampir merasa bosan, namun dengan cerdiknya sang sutradara menghentikannya dan beralih ke adegan lain pada timing yang pas. Koreografi perkelahiannya terasa lebih indah dan terkesan natural.
- Akting Keanu Reeves
Dalam beberapa adegan, ekspresi dan gestur tubuh John Wick jelas terlihat sudah kelelahan, apalagi lawan-lawannya benar-benar lebih tangguh. Di wajahnya tergurat garis-garis yang menunjukkan bahwa dia sedang berada di ambang keputusasaan. Aktingnya ini, merupakan bagian utama yang membuat ending ceritanya sempurna.
Setelah menonton JW4, terlepas dari ada tidaknya unsur kesengajaan penulis cerita dan sutradara, seakan-akan JW123 sengaja dibuat hanya untuk membentuk kesempurnaan filem JW4. Jadi, memang sudah selayaknya JW4 banjir pujian dari para kritikus filem semacam IMDb dan Rotten Tomatoes. Kemungkinan besar filem ini akan menjadi Top Box Office.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H