Saya diantara 40 cucu Mbah Kakek saya, dia bilang, "Cucuku yang ini, satu ini hanya sekolah agama untuk mendidik ummat". Sudah, selesai. Makanya tak pernah sekolah umum. Jadi biarkanlah saya terbang sejauh mata memandang, saya ceramah. Setelah Bapak jadi nanti, biarlah Ulama-ulama yang dekat-dekat, di Jakarta ini yang menjadi. Bapak dengarkan cakap Ulama, karena Ulama berijtima mendukung Bapak. Dan Ulama yang kasyaf yang tembus mata batinnya yang melihat dalam alam ghaib pun mendukung.Â
Maka, ini anugerah besar. Tapi juga ujian besar. Saya berharap, Allah menolong Bapak dalam setiap gerak dan langkah."
PS: Â "Terima kasih."
UAS: "Saya tak bisa, hadits mengatakan, "Tahadu tahabu". Kalau ketemu kasih orang hadiah, supaya dia ingat dan berkasih sayang. Saya tak kaya, tak ada duit saya untuk ngasih apa-apa ke Bapak.
(UAS mengeluarkan kantongan kecil dari saku celananya dan mengeluarkan sebotol minyak wangi dan seuntai tasbih).
UAS: "Saya kasih dua biji saja, dua saja. Pertama, minyak wangi oud. Oud itu kayu gaharu."
(Prabowo kembali menyeka matanya).
UAS: Simbolnya, supaya Bapak menebarkan keharuman di negeri ini."
(UAS mengoleskan sedikit minyak wangi ke punggung telapak tangan Prabowo).
PS: "Terima kasih."
UAS: "Yang kedua, tasbih. Oud untuk orang lain Bapak harum semerbak. Tasbih, tidak bisa hati Bapak kosong. Bapak harus banyak berdzikir. Tasbih kesayangan saya. Batu natural stone. Namanya Syah Ma'sud dari Persia. Paling saya sayangi, saya beli di Madinah. Bapak tak perlu pegang didepan orang banyak. Nanti disangka orang pencitraan. Bapak cukup tahajjud malam, Bapak berdzikir, afdhal dzikri, seafdhal afdhal dzikir "Laa Ilaaha Ilallah."