PS: "Benar, benar."
UAS: "Udah turun, sampai protokol bilang, "Jamaah, tolong jangan acungkan jari".
PS: Â "Itu dimana-mana, Ustad?"
UAS: Â "Dimana-mana Pak. Bapak bisa melihat rekamannya. Nanti ketika saya..., "Mari kita bershalawat." Katanya, karena kan untuk merubah supaya... "Shallallahu 'ala Muhammad", (menunjukkan salam dua jari dan menggoyangkan tangan) gini lagi, astaghfirullah..."
PS: Â "Rata-rata dimana-mana ya Ustad?"
UAS: "Rata-rata, dari mulai ujung Aceh sampai Pulau Madura, sampai ke Sorong. Jadi, saya lihat ini..., ummat sedang berharap besar pada Bapak... Itu yang saya lihat."
...
UAS: "Jadi Allah... Ini ada satu keranjang amanah. Ijtima Ulama mengamanahkan ini, Allah taala melalui firasat Ijtihad Ulama. Tapi umat juga. Jadi ada dua dukungan, Ulama dengan umat. Mereka berikan. Dalam keranjang ini, ada pisau, ada bunga, ada buah, ada pena. Maka dua pesan Allah,
Bapak letakkan amanah ini. Yang pisau Bapak beri ke anak muda karena mereka akan pergi ke hutan berburu. Yang buah, Bapak berikan kepada anak-anak, mereka supaya makan buah supaya fresh. Yang bunga Bapak berikan kepada anak gadis, biar bisa beri mereka kepada suaminya, yang sudah menikah. Sedangkan pena Bapak berikan kepada Ulama agar mereka menulis. Jangan Bapak berikan pisau kepada anak kecil, dia akan melukai.
Letakkan amanah ini... Dan dua pesan Allah, yang kedua,
Begini Ulama Ijtima berkumpul dan umat menyambut, ini amanah ini sedang di pundak Bapak, Bapak adil. Adil. Jangan Bapak beri terlalu besar. Jangan Bapak, Bapak lihatlah dengan keadilan.