Pada awalnya, sekitar 2014-2017, saya memang punya prinsip ABJ, Asal Bukan Jokowi, dikarenakan apa-apa yang telah dilakukannya alih-alih membuat negara kita maju, yang ianya malah membawa negara kita kepada kondisi yang vulnerable atau malah cenderung mengalami kemunduran.Â
 Namun setelah menelaah pemikiran-pemikiran Prabowo Subianto mengenai apa yang mesti dilakukan oleh seorang presiden dan pemerintahannya untuk mempercepat kemajuan dan perkembangan Indonesia, khususnya dari buku Paradoks Indonesia hasil karyanya, saya jadi beneran tertarik mendukungnya untuk jadi presiden kita tahun ini.Â
 Secara prinsip pemikiran Prabowo itu cukup sederhana, yang terwakili oleh dua kata kunci, "Adil dan Makmur".
 Adil. Menerapkan sistem hukum dan sistem perekonomian yang adil. Bukan sistem hukum yang keras ke bawah, lembek ke atas, tajam ke lawan tumpul ke kawan. Bukan sistem perekonomian yang mesra dengan rakyat perekonomian elit, bengis kepada rakyat perekonomian sulit.
 Makmur. Fondasi kemakmuran suatu negara manapun di bumi ini adalah aman atau tidaknya persoalan perut warganya. Swasembada pangan (agrikultur) yang dibarengi dengan percepatan peningkatan kualitas sistem pendidikan yang merata adalah batu pijakan suatu negara berkembang untuk meloncat menjadi negara maju. Konsep yang telah berhasil dibuktikan oleh Cina yang diinisiasi dan diterapkan oleh Den Xiao Ping (Chinese Economic Reform, 1978).
 Beruntunglah kita, beliau memperoleh pasangan dari kalangan generasi muda dan mewakili generasi milenial, generasi yang sangat menentukan hasil Pilpres 2019 nanti. Tidak hanya sekedar muda, tetapi pemuda yang telah membuktikan dirinya sukses dalam bidang pendidikan dan kewirausahaan.Â
 Sandiaga Salahuddin Uno benar-benar memahami konsep pembangunan negara yang sesuai dengan era "Zaman Now" yang berdasarkan perekonomian Pancasila. Pokok-pokok pemikirannya selaras dengan pemikiran Prabowo. Pasangan ini menjadi pasangan pemimpin yang sangat cocok, kalau bukan sempurna.
 Kondisi kehidupan Prabowo sebenarnya sudah jauh lebih dari cukup, demikian juga dengan Sandiaga. Bisa saja mereka menghabiskan sisa hidupnya dengan cara bersenang-senang, keliling dunia kemanapun ia mau. Namun mereka tidak tega membiarkan masa depan negara kita berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan, tidak rela membiarkan kesemena-menaan dan ketimpangan perekonomian rakyat yang begitu besar.
 Mungkin inilah hikmah besar dari "pemujaan" saya terhadap Jokowi dahulu. Supaya berhati-hati, tidak gampang terpengaruh atau mudah sekali mengalami euforia dalam hal kesimpatian kepada seseorang. Pengalaman yang kemudian kuterapkan dalam dukunganku kepada Prabowo dan Sandiaga, untuk tidak terlalu berlebihan memuji dan mendukung mereka.Â
 Sebagai rakyat biasa yang sungguh sangat memperhatikan sikon bangsa dan negara, saya memberikan kepercayaan yang sewajarnya saja, tidak mau lagi alias kapok menciptakan harapan yang terlalu besar.Â
 Memberikan kesempatan kepada pasangan ini untuk menerapkan hasil-hasil pemikiran besarnya bagi kebaikan seluruh warga negara yang sama-sama kita cintai, dengan cara menyumbangkan suara politikku dalam Pilpres 2019 yang semakin dekat.