Ciputat, 4/7/18
Assalamu'alaikum Pak Kyai!
Alhamdulillah. Saya turut bergembira atas hari ulang tahun Bapak yang ke-64 Â kemarin yang dirayakan dengan cukup meriah dan bersahaja. Semoga Allahu Arrahman Arrahim, selalu melimpahi Bapak dengan kesehatan, taufiq, hidayah dan kehidupan yang penuh dengan keberkahan.
Saya sangat tertarik menanggapi (lagi) konsep "Islam Nusantara" yang sudah acapkali Bapak wacanakan dan terapkan dalam lingkungan sosial Bapak. Iya, lagi, karena saya memang sudah pernah menyampaikan opini tentang hal ini tiga tahun yang lalu melalui media Kompasiana.
Dipicu oleh pernyataan yang Bapak sampaikan dalam acara halalbihalal dan tasyakuran hari ulang tahun Bapak kemarin.
***
"Selamatkan NKRI, bukan hanya geografinya, tapi budayanya. Budaya kita lebih maju dibanding orang Arab. Budaya kita lebih baik dibanding orang Arab."
"Silakan cari ilmu di Timur Tengah, tapi kami pulang dari Arab bawa ilmu, bukan jenggot. Bawa ilmu, bukan gamis. Silakan ambil ilmu dari Arab, pulang tetap menjaga budaya kita. Tunjukkan Indonesia negara yang bermartabat."
***
Dari hasil pengamatan saya yang dhaif dan masih perlu banyak belajar lagi ini, secara prinsip, metode dan tujuan konsep pemikiran Islam Nusantara sangat bagus, dan memang sudah terbukti sangat bagus. Hal yang bisa kita saksikan sendiri dari suksesnya ulama-ulama/da'i-da'iah kita terdahulu dalam mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru nusantara yang memiliki tingkat keanekaragaman sosial budaya yang relatif sangat tinggi, bahkan mungkin yang tertinggi di dunia.
Dakwah yang dilakukan melalui pendekatan budaya, kearifan lokal dan kelemahlembutan. Dakwah yang tidak mengandalkan doktrin yang sifatnya kaku, keras dan apalagi pemaksaan, tanpa menafikan jati diri Agama Islam itu sendiri.