Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Generalist

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik bagi lingkungan sosial maupun lingkungan alam dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Islam Agama Pluralis dan Ketika Konsep Pluralisme Terkontaminasi Konsep Asimilasi

26 Juni 2013   23:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:22 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya terinspirasi membuat tulisan ini oleh tulisan adinda Anindya Gupita Kumalasari yang menarik, "Jangan Mencela Syiah! Jangan Mencela Ahmadiyah! Jangan Mencela Sunni! Jangan Mencela Agama Manapun!". Selain itu saya tertarik dengan kepercayaandirinya menuliskan sekularian di profilnya.

Pemikirannya mengingatkan saya kembali pada masa-masa "angeknya" masa pencaharian kebenaran universal, sekitar 17 tahun yang lalu. Beda kali dengan sekarang ni. Baru setengah hidup dijalani dari standar usia Rasulullah namun perasaan jenuh akan kehidupan ini dah mulai membuncah...

Sebenarnya banyak yang hendak saya kritik dari tulisannya tersebut, namun kepala lagi mumet, kerjaan gi banyak-banyaknya, karena hal itu akan mengkonsumsi energi yang banyak dan lama... saya tidak begitu khawatir tulisannya itu bisa menyesatkan orang lain...

Disini saya hendak mengemukakan pendapat secara sederhana mengenai konsep pluralisme yang terkontaminasi konsep asimilasi.

Islam adalah agama yang pluralis...

Dalam defenisi bahwa pluralisme adalah suatu paham yang menerima keanekaragaman kepercayaan, keyakinan, agama, saling berinteraksi secara sosial kebudayaan, saling menghormati dan tolong-menolong dalam batasan humanis yang universal, tanpa harus kehilangan jati diri.

Namun seringkali saya menemukan artikel yang sadar atau tidak, sengaja atau tidak, tidak bisa membedakan antara pluralisme dengan asimilasi, atau terjebak dalam indahnya konsep pluralisme.

Dimana asimilasi adalah konsep yang menyamakan semuanya, membaurkan keyakinannya dengan keyakinan yang lain, dengan argumen kebenaran itu relatif dan setiap orang memiliki defenisinya masing-masing mengenai kebenaran universal.

Selain itu, artikel-artikel mengenai pluralisme seringkali menarik kesimpulan yang overgeneralization...

Begitu ajalah dulu teman-teman, mungkin diskusi yang serius bisa dilanjutkan di kolom tanggapan...

Salam Hangat Sahabat Kompasianers...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun