[caption id="attachment_221062" align="aligncenter" width="565" caption="Massa dari Desa Agom melakukan penyerangan./Admin (Tribunnews)"][/caption]
Manusia ini kalau sudah jahat, jahatnya na'udzubillah, kalau baik, baiknya subhanallah. Sedih nian rasanya mendengar berita kerusuhan/tawuran yang cukup banyak terjadi akhir-akhir ini. Berita terbaru diantaranya adalah konflik sosial yang terjadi di Lampung yang menyebabkan melayangnya nyawa 14 orang (Kompas).
Nyawa-nyawa berlepasan tanpa hak, tanpa alasan yang jelas.
Begitu mudahnya mereka memutus nyawa seseorang, padahal jangankan nyawa, membuat sehelai rambut aja nggak bisa. Seandainya mereka memahami bahwa memutus nyawa seseorang tanpa hak, memiliki konsekuensi yang teramat sangat berat...
So, mengapa sampai terjadi demikian?
Mungkin penyebabnya banyak dan kompleks, namun yang pasti salah satu penyebab utamanya adalah xenofobia.
Xenofobia (latin, xenos: asing , phobos: takut, benci) adalah ketakutan, kebencian atau prasangka negatif yang berlebihan terhadap kebudayaan, sosial dan politik orang yang berbeda, yang tidak dikenal atau orang asing.
Istilah ini sering disamakan dengan istilah rasisme oleh sebagian orang. Sebenarnya kedua istilah itu memiliki makna yang berbeda, dimana rasisme berdasarkan suku, leluhur atau ras, sedangkan xenofobia memiliki makna yang lebih luas, mencakup segala hal yang berhubungan dengan ketakutan, kebencian seseorang, kelompok, komunitas terhadap yang belum dikenal atau yang berbeda dengannya dari segi sosial, budaya dan politik.
Munculnya sifat xenofobia ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah miskomunikasi, trauma, akses informasi yang terbatas dan kecemburuan sosial.
Manusia terlahir fitrah, pada dasarnya memiliki karakter yang baik. Berdasarkan hasil studi Innocenzo Fiore, psikolog Palermo, Italia dan Elizabeth Donovan, psikolog Washington, US., dalam artikel yang berbeda mengatakan bahwa sifat xenofobia berasal atau "dipelajari" dari lingkungan dimana ia tumbuh dan berkembang.
Berdasarkan sumber penyebabnya, sifat negatif ini dapat dihilangkan dengan pendidikan sosial budaya yang intensif dan informatif, misalnya melalui program-program pembauran, mempersempit atau menghilangkan sekat-sekat sosial yang menjadi penyebab munculnya kecemburuan sosial seperti kesenjangan perekonomian.
Pemerintah memiliki tanggungjawab yang besar untuk melakukan pendekatan-pendekatan tersebut yang dibantu oleh organisasi-organisasi sosial, tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri.
Semoga konflik-konflik sosial yang sangat merugikan tersebut dapat diatasi dengan baik dan tidak terjadi lagi, karena sesungguhnya kita diciptakan berbeda-beda adalah untuk saling mengenal dan saling memberikan kemanfaatan.
Salam Hangat dan Damai Sahabat Kompasianers...
[-Rahmad Agus Koto-]
Referensi:
- Xenophobia-All About Counselling
- The psychological dynamics that make people xenophobic  Rivistadipsicologia Clinica - (PDF)
- The Color of Fear: Xenophobia and Racism in the Suburbs-Psychology Today
- Xenophobia-Wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H