Tidak setiap orang memiliki kesempatan menjadi seorang entrepreneur, atau memang tidak berminat untuk memiliki dan memanajemen usaha sendiri. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kendala teknis seperti tidak memiliki modal, tidak memiliki ide bisnis, dan karakter pribadi yang lebih memilih kondisi yang lebih safety dan stabil (comfort zone).
Bukan masalah siapa yang lebih baik, tetapi tiap-tiap kita memiliki karakternya masing-masing, bukan berarti seorang entrepreneur lebih baik daripada seorang karyawan.
Istilah intrapreneurship baru saya kenal dan pelajari beberapa bulan yang lalu. Suatu konsep yang sangat menarik dan sangat bermanfaat bagi karyawan dan pemilik usaha itu sendiri.
Sudah saya terapkan kepada karyawan-karyawan saya dalam memproduksi nata de coco dan memberikan hasil yang cukup memuaskan, menguntungkan bagi karyawan sekaligus bagi pemilik usaha.
Konsep intrapreneurship adalah konsep win win solution.
Konsep dan istilah intrapreneurship pertama kali dikenalkan oleh Gifford and Elizabeth Pinchot pada tahun 1978 [Intrapreneur].
Secara sederhana intrapreneurship adalah nilai-nilai atau karakter entreprenurship yang diterapkan oleh karyawan-karyawan dalam perusahaan.
Berikut ini adalah sifat entrepreneur yang saya rangkum dari berbagai buku-buku, media online, dan dari pengalaman sendiri:
- Visioner
- Selalu memiliki tujuan (goal) yang realistis, detail dan terukur.
- Terorganisir (well organized)
- Berani mengambil resiko
- Percaya diri
- Tegas
- Pemimpi yang selalu berkeinginan untuk mewujudkan impiannya (lebih suka mengatakan “saya akan” daripada “saya harap”).
Sedangkan berikut ini adalah keahlian (skill) yang harus dimiliki seorang entrepreneur:
- Personal
- Interpersonal
- Keuangan
- Teknis
- Komunikasi
- Pemasaran
- Teknologi.
Nah, sifat dan keahlian entrepreneur tersebut diolah sedemikian rupa atau diintregasikan kepada karyawan, berdasarkan posisinya masing-masing dalam organisasi (perusahaan).
Mengenai hal ini, saya pernah mengikuti pelatihan entrepreneur, satu hal yang paling saya ingat adalah mengganti istilah sumber daya manusia menjadi manajemen orang (people management), sehingga mengingatkan pengusaha (pemilik usaha) bahwa karyawan adalah manusia yang tidak bisa disetarakan dengan sumber daya alam, meskipun dalam peristilahan.
Perbedaan utama antara entrepreneur dan intrapreneur adalah tujuan (goal) dari usaha yang dilakukannya. Entrepreneur bertujuan untuk mencapai tujuan usaha yang dimilikinya, sedangkan intrapreneur bertujuan untuk mencapai tujuan pekerjaannya yang berdasarkan keputusan manajemen pemilik usaha.
Kesuksesan konsep intrapreneurship ini terutama bergantung kepada kemampuan "sang entrepreneur" dalam mengolah konsep ini dan memberikan kepahaman kepada karyawannya, bahwa konsep ini sangat penting demi kesuksesan karyawan itu sendiri, karena kesuksesan karyawan otomatis menjadi kesuksesan perusahaan.
Semoga bermanfaat
Salam Hangat Sahabat Kompasianers
[Rahmad Agus Koto]
______________________
Tulisan Terkait:
- Hati-hati Terhadap Godaan Entrepreneurship
- Kenyamanan Sebagai Seorang Entrepreneur
- Business Plan, Kunci Sukses Entrepreneur Era Globalisasi
- Pembagian Profit yang Fair Dalam Kerjasama Bisnis
- Gara-Gara Berbohong, Gagal Memperoleh Pinjaman dari Bank
Entrepreneur’s Skill: Break Even Point vs Breakthrough Point
- 5 Langkah Sistematis Untuk Mencari dan Menemukan Solusi Permasalahan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H