Manusia Transgenik
- Menciptakan manusia yang kebal terhadap berbagai macam penyakit.
- Meningkatkan kemampuan fisik dan kognitif.
- Menciptakan keturunan dengan karakter fisik yang diinginkan
Selain manfaat dari bidang medis, apabila hal ini dilegalkan adalah peningkatan perekenomian yang sangat signifikan khususnya bidang bisnis farmasi, mengingat sangat besarnya profit yang bisa diperoleh.
Berdasarkan uraian di atas kita dapat mengetahui begitu banyaknya manfaatnya bagi kesejahteraan manusia.
Lantas dimana kerugiannya?
Isu ini telah banyak divisualisasikan melalui film, dan sepengetahuan penulis tidak ada film yang memperlihatkan keuntungan dari isu ini. Mungkin ada puluhan film yang telah saya lihat yang berhubungan dengan topik ini, semuanya menonjolkan dampak negatifnya.
Diantara film tersebut yang cukup populer adalah The Island yang menceritakan manusia kloningan, "dibudidayakan" di pulau terpencil yang dikontrol ketat, dan Splice yang menceritakan mahluk transgenik, campuran gen dari berbagai jenis hewan termasuk manusia, dengan hasil akhir terciptanya mahluk yang tidak dapat dikontrol dan berbahaya.
Secara keilmuan, tidak banyak argumen-argumen yang menjelaskan dampak negatif dari rekayasa manusia. Menurut saya salah satu kemungkinan kerugian rekayasa genetis pada manusia adalah munculnya varian-varian genetis yang malah membahayakan populasi manusia. Hal ini saya analogikan seperti introduksi spesies baru ke dalam suatu populasi, dimana spesies baru tersebut dapat menggeser dominasi native species di dalam ekosistem tersebut.
Penolakan terbesar datangnya dari kalangan humanis dan agamawan, munculnya perasaan empati, yang berpendapat bahwa manusia tidak pantas dijadikan sebagai objek penelitian, karena mereka memiliki hak azazi manusia yang harus dihormati.
Saya sendiri memiliki dugaan, asumsi yang "sangat mengerikan" bahwa seandainya ini dibiarkan atau tidak ditanggapi secara serius, besar kemungkian akan ada fasilitas budidaya manusia yang dikhususkan untuk kepentingan penelitian medis dan militer. Suatu bentuk alternatif dari metode yang pernah diterapkan Hitler, dimana peneliti-peneliti yang berada di bawah kekuasaannya menjadikan tawanan sebagai objek eksperimen untuk mempelajari karakter biologis dan psikologis manusia.
Bagi kalangan agamawan, hal-hal di atas menjadi tantangan yang cukup berat terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan agama.
Misalnya untuk ulama-ulama dari kalangan agama Islam, menyikapi adanya transplantasi organ atau transfer gen yang berasal dari hewan yang diharamkan seperti babi dan anjing, status kekeluargaan dari manusia kloningan, menyikapi pertanyaan pada usia berapakah janin dianggap sebagai manusia, apakah dari mulai terbentuknya janin atau setelah ditiupkan ruh.